Puisi Bulan, Tuhan, dan Anggur
Bulan di Pangkuanku
Tuhan, ijinkan aku bermimpi
seperti Ken Dedes
bulan jatuh di pangkuanku
lalu peta dunia berubah
tapi tanpa pertumpahan darah
tak ada lagi yang terbunuh
atas nama pengkhianatan
atas nama kepengecutan
atas nama kepahlawanan
jika bulan di pangkuanku
akan kuiris-iris seperti semangka
dan kubagi-bagikan
kepada anak-anak jalanan
kepada perempuan-perempuan malam
biar mereka tak lagi hidup di kegelapan.
Pesan Singkat
Jika aku melupakanmu
Tolong tegurlah diriku
Dengan setaman bunga
Tanpa kenanga.
Pertanyaan Kepada Tuhan
Seperti apa rupamu
Ah, itu pertanyaan dungu
Karena kau tak seperti apa
Tak seperti siapa
Di manakah engkau
Ini pun pertanyaan lucu
Karena engkau tak di mana-mana
Atau di mana-mana
Siapakah engkau
Ini juga pertanyaan wagu
Karena engkau bukan siapa
Kecuali yang tercinta
Apakah engkau mencintaiku
Astaga, kenapa aku ragu
Setelah tahu mawar itu indah
Dan dunia demikian cerah.
Sujud
Akan kubenturkan kepalaku
Di atas tanah atau batu
Jika engkau tak mencintaiku.
Kasta
Dengan cinta
Maafkanlah aku
karena tak peduli kasta
Atas bawah sama saja
Dengan cinta
Maklumlah aku
Tak peduli kasta
Kau dan aku jadi kita.
Turis
Jangan bertanya
Ke mana kita
Pergi atau pulang
Kita berjalan saja
Untuk kembali
Ke tempat asal
Entah di mana
Seperti pohon mangga
Pada mulanya biji
Entah jatuh di mana.
Segelas Anggur
Pada pesta
Kau tuang segelas anggur
Lalu kau coba mereguknya
Tiba-tiba lantai hancur
Langit-langit itu pun runtuh
Bersama gaunmu yang luruh
Bumi pun bergoyang-goyang
Malam jadi amat panjang
(Segelas anggur
Akankah menemanimu
Dalam kubur?)
Tentang Penulis
Anita Retno Lestari, kelahiran Pati, 27 Juli 1988, menulis cerpen, puisi, dongeng dan esai. Kini sedang mempersiapkan penerbitan novel-novel remaja yang ditulisnya sejak duduk di bangku MTs dan aktif sebagai penggiat komunitas Sastradipati.
No comments:
Post a Comment