Pages

Sunday, February 24, 2013

Kenangan Pramoedya


Puisi Oleh: Eka Budianta
Kenangan Pramoedya

(6 Februari 1925 - 30 April 2006) 
Kamu mencintai tulang dan pori-pori
Bumi kelahiranmu dan semua bangsa 
Para korban kebodohan yang terlupa 

Tetapi ketika kautulis kebenaran 
Kamu dijebloskan ke penjara 
Buku-buku dan pembacamu teraniaya 

Akan kukenang Pramoedya 
Dengan seluruh keangkuhan saudaraku 
Yang tidak sanggup memahami mencintaimu 

Di langit hatiku hujan telah reda 
Tinggal namamu tertulis dan bersinar 
Menagih cintaku pada bumi manusia 
 (2006) 


Perjalanan Sungai 
(1) 

Sungai yang dulu menangis 
Di antara batu-batu di pegunungan 
Sekarang telah sampai di kota 
Dan akan terus menuju ke laut 

Tak lagi terdengar derai air terjun 
Udara sejuk, nyanyian burung, semerbak bunga 
Telah berganti panas terik dan polusi 
Sampah, minyak bekas, ikan-ikan mati 

Tapi aku terus mengalir 
Menyilakan kapal-kapal berbeban berat 
Masuk dari muara 
Menyambut hangat hempasan ombak dunia 

(2) 

Sungai-sungai kecil, sungai-sungai besar 
Bergelora dalam hidup singkat ini 
Pegunungan dan air terjun memanggil 
Burung-burung mencicit 
Menyulut awan putih 
Menjadi lautan menyala 
Menyepuh nama-namamu 

Kota-kota kecil, kota-kota besar 
Gemuruh dalam sunyi hati 
Burung-burung menyayat sungai 
Mengalirkan cinta 
Di ambang usia saat butir-butir pohon 
Menunggu undangan dari langit yang kekal 
(2003) 

Sebelum Laut Bertemu Langit 

Seekor penyu pulang ke laut 
Setelah meletakkan telurnya di pantai 
Malam ini kubenamkan butir-butir 
Puisiku di pantai hatimu 
Sebentar lagi aku akan balik ke laut. 

Puisiku - telur-telur penyu itu-
mungkin bakal menetas menjadi tukik-tukik perkasa 
yang berenang beribu mil jauhnya 
Mungkin juga mati 
Pecah, terinjak begitu saja 

Misalnya sebutir telur penyu
menetas di pantai hatimu 
tukik kecilku juga kembali ke laut 
Seperti penyair mudik ke sumber matahari 
melalui desa dan kota, gunung dan hutan 
yang menghabiskan usianya 

Kalau ombak menyambutku kembali 
Akan kusebut namamu pantai kasih 
Tempat kutanamkan kata-kata
yang dulu melahirkan aku 
bergenerasi yang lalu 

Betul, suatu hari penyu itu
tak pernah datang lagi ke pantai 
sebab ia tak bisa lagi bertelur 
Ia hanya berenang dan menyelam 
menuju laut bertemu langit 
di cakrawala abadi 
Jakarta, 2003

Tentang Penulis
Eka Budianta lahir di Ngimbang, Jawa Timur, 1 Februari 1956. Penulis produktif ini mengenal secara pribadi Pramoedya Ananta Toer sejak 1983. Kedekatannya dengan Pramoedya dituangkan dalam buku "Mendengar Pramoedya" tahun 2005. Karya terakhirnya Eka Budianta Mekar di Bumi terbit tahun 2006.

1 comment: