Puisi Puisi Dwi Rejeki
Menuju Tuhannya
Barisan laki laki menuju pura
dan perempuan dalam kebaya
wajah wajah pasrah berbagai rupa
berangkat menuju Tuhannya
di gerbang pura
barisan merapat
berharap dinaungi para dewa
hidup telah diserahkan
ada janji yang terucap
pada kalimt suci tengah malam
meski tak bisa merubah dunia
tapi harapan tetap dinyalakan
nyanyian alam memecah hening
mereka larut dalam doa
munuju muara kebesaran pencipta
* Pebruari 2009
Lelah
Aku masih tersandar
di tepi buritan
angin kencang menerpa segala
kupandangi sandal jepit
kutinggal sebelah
aku lelah pandangi langit
kelamarungi belantara tak bertepi
seperti tak ada jalan keluar
hanya berputar
tanpa ada arah terbentang
waktu tersita tanpa tanya
aku terjebak tanpa daya
hanya gundah yang meraja
mengitari seluruh nafasku
ku ingin kembali kayuhi bidukku
menapaki tepian yang tenang
hati hendak berontak
dari kegelapan ini
ketika senja menyambutku
tak harap gelombang menjelang
aku hanya ingin kembali pada tepi
* Maret 2009
Rahasiamu
Bulan Berisik
di sela gemuruh hati
yang menggapai
dan aku masih terpaku
akan dirimu, tentangmu, rahasiamu
yang tak pernah kumengerti
tapi bulan kini memerah
oleh suaraku yang telah bebas
dan menemukan dirinya
* April 2009
Sepenggal Lakon
Dukamu
Jendela hati
yang tak tersingkap
dalam deru angin malam
dendangkan lagu
pecahkan sunyi ini
aku tetap berharap
di balik kisi hati
ada belas luka
yang mengering
dukamu seperti sembiluku
menyeretku jauh
terlempar dari sumbu
membawaku pergi
menjauhi suara hati
* Januari 2009
Sepenggal Lakon
Ini sepenggal lakon
yang terlupakan
kisah pilu dua nafas
terpisahkan oleh derajat
yang dikeramatkan
Mereka pemuja kasta
lahir untuk dipuja mati
seperti raja
gemerlap dunia
pisahkan janji suci
persetubuhan yang diharamkan
disaksikan burung-burung
di tanah lepas
berarak iringi rintihan sunyi
mengoyak derajat yang diagungkan
* Mei 2009
Sumber: Suara Karya, Sabtu, 16 Juni 2012
No comments:
Post a Comment