Pages

Saturday, April 30, 2011

Puisi-puisi Kuntowijoyo

Puisi Kuntowijoyo

Kelahiran
Setelah benih disemaikan
Di pagi pupus menggeliat
Bayi meninggalkan rahim
Memaklumkan kehadiran

Cempaka di jambangan
Menyambut bidadari
Turun memandikan
Bahkan hari menanti
Sampai selesai ia mengeluskan jari
Merestu kelahiran
Membungkus dengan sari
Mendendangkan kehidupan

Para perempuan
Berdandan serba kuning
Pucuk mawar di tangan
Duduk bersila
Menggumam doa-doa

Hari yang semalam dikuburkan
sudah tiba kembali

Selalu kelahiran baru

Perjalanan ke Langit

Bagi yang merindukan
Tuhan menyediakan
Kereta cahaya ke langit
Kata sudah membujuk
Bumi untuk menanti

Sudah disiapkan
Awan putih di bukit
Berikan tanda
Angin membawamu pergi
Dari pusat samudera

Tidak cepat atau lambat
Karena menit dan jam
Menggeletak di meja
Tangan gaib mengubah jarum-jarumnya
Berputar kembali ke-0

Waktu bagi salju
Membeku di rumputan
Selagi kaulakukan perjalanan.

In Memoriam: Yang Terbunuh

Sekali, hutan tidak menumbuhkan pohon
Burung melayap-layap, terbakar bulu-bulunya
Bumi mengaduh, menggapai bebannya
Pemburu tidak pulang sesudah petang tiba
Lampu malam dipetik dari gunung api.

Malaikat di angkasa menyilang tangan di dada
Menyesali dendam yang tumpah
Memalingkan muka tiap kali darah menetes di tanah.

"Mengapa kaubunuh saudara kandungmu?"


Engkau Sukma

Sukmamu bangkit
Bagai bianglala
Berdiri
Di cakrawala
Merenda siang dalam impian
Gemerlap warna-warni benang sutra.

Badai tidak datang
Angin pulang ke pangkalan
Istirahat panjang.

Langit menyerah padamu
Menggagalkan lingkaran
Surya kabur kembali ke timur.

Sepi.
Hanya napasmu yang tenang
Terdengar bagai nyanyian.

Sesudah Perjalanan


Sesampai di ujung
engkau menengadah ke langit
kekosongan yang lembayung

Ayolah, Ruh
tiba saatnya
engkau menyerahkan diri

Sunyi mengantarmu ke kemah
di balik awang-uwung
di mana engkau istirahat
sesudah perjalanan yang jauh


No comments:

Post a Comment