Wednesday, April 30, 2008

Sinopsis Harimau! Harimau!

Harimau! Harimau!
(Sinopsis Novel Mochtar Lubis)


Novel karya Mochtar Lubis ini menceritakan kisah tujuh orang pencari damar yang diteror oleh seekor harimau. Novel ini sangat digemari dan banyak mendapat tanggapan para pengamat sastra. Novel ini juga berhasil mendapatkan hadiah Sastra Tingkat Nasional dari Yayasan Buku Utama Depdikbud. Kisah novel yang diterbitkan pertama kali leh Pustaka Jaya tahun 1975 ini adalah sebagai berikit.

Telah seminggu Haji Rakhmat (Pak Haji), Wak Katok, Sutan, Talib, Sanip, Buyung, Pak Balam berada di hutan mengumpulkan damar, tidak jauh dari pondok Wak Hitam. Mereka bertujuh disenangi dan dihormati orang-orang kampung karena mereka dikenal sebagai orang-orang sopan, mau bergaul, mau bergotong royong, dan taat dalam agama.

Wak Katok membawa senapan yang dia percayakan kepada Buyung untuk merawat dan mempergunakan. Karena mempunyai senapan, sambil mengumpulkan damar mereka sering berburu rusa dan babi. Babi ini sering masuk huma Wak Hitam. Karena itu pula terjalin perkenalan dengan Wak Hitam, bahkan mereka sering menginap di Pondok Wak Hitam ini.

Wak Hitam adalah seorang laki-laki yang telah berusia 70 tahun. Orangnya kurus, berkulit hitam, menyukai celana dan baju hitam. Ia senang tinggal berbulan-bulan di hutan atau di ladangnya bersama Siti Rubiah, istri keempatnya yang cantik dan masih muda belia. Wak Hitam pandai sihir dan memiliki ilmu gaib. Menurut Wak Katok dalam hal ilmu gaib Wak Hitam adalah gurunya. Wak Hitam senang mencari perawan muda untuk penyegar dirinya. Bila ia sakit dimintanya istrinya mendekap tubuhnya, agar darah muda istrinya mengalir ke tubuhnya dan ia akan sembuh kembali.


Orang-orang percaya bahwa Wak Hitam senang tinggal di hutan karena ia memelihara jin, setan, iblis, dan harimau jadi-jadian Ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai anak buah bekas pemberontak yang menjadi perampok dan penyamun yang tinggal di hutan. Di samping itu ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai tambang yang dirahasiakannya di dekat ladangnya.

Mereka bertujuh sampai di pondok Wak Hitam sebelum malam tiba, Dengan gembira mereka menyantap masakan Rubiah karena selama di hutan mereka belum pemah menikmati masakan yang enak. Mereka pun tertarik akan keindahan tubuh Rubiah. Buyung anggota rombongan termuda dan satu-satunya yang masih bujangan, tergila-gila akan kecantikan Rubiah. Dalam hatinya ia membandingkan kelebihan Rubiah dari Zaitun tunangannya di kampung. Sanip, Talip, dan Wak Katok sering tidak dapat menahan diri jika duduk berdekatan dengan Siti Rubiah.

Pada suatu hari mereka melihat hal-hal yang aneh ketika Wak Hitam sakit. Banyak orang yang berpakaian serba hitam datang ke Pondok dan menyerahkan bungkusan rahasia kepada Wak Hitam. Mereka juga menjumpai seorang tukang cerita dan juru ramal di pondok tersebut. Berbagai ramalan disampaikan peramal itu tentang jalan hidup Buyung, Sutan, Talib, dan Sanip.

Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan mengintai Rubiah mandi di sungai. Hampir tak tertahankan berahi Wak Katok menyaksikan Rubiah berkecipung mandi tanpa busana, Dalam perjalanan pulang ke pondok, dengan dalih memberi manik-manik ditariknya Rubiah masuk ke dalam belukar.

Pada kesempatan lain, Buyung pun mengintai Rubiah mandi di sungai. Hampir tak terkendalikan gejolak batinnya menyaksikan tubuh Rubiah yang menawan. Diberanikannya menghampiri Rubiah yang sedang mandi. Akhirnya tercipta hubungan intim antara keduanya. Rubiah pun menceritakan dirinya sampai jatuh ke tangan Wak Hitam dan penderitaan yang ditanggungnya. Buyung merasa jatuh hati dan merasa wajib melindungi dan menyelamatkan Rubiah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya terpadu dan membeku. Terjadilah perbuatan terlarang yang tak dapat mereka kendalikan lagi. Mereka melalap kepuasan masing-masing.

Setelah Buyung kembali ke tempat rombongan bermalam di hutan ia merasa bimbang dan menyesal telah berbuat dosa. Ia ingin membebaskan Rubiah dengan menjadikannya sebagai istri tapi ia masih tetap mencintai Zaitun.

Suatu hari Buyung, Wak Katok, dan Sutan berburu dan berhasil menembak seekor kijang betina. Hal ini ternyata berakibat buruk bagi mereka. Ketika menguliti kijang tersebut datang seekor harimau tua dan lapar yang sebenarnya telah mengintai kijang itu lebih dahulu. Harimau ini penasaran karena mangsanya jatuh ke tangan Buyung dan kawan-kawannya. Hanya karena ketuaan harimau saja menyebabkan ia terlambat menyergap kijang itu. Kalau masih muda tentu sekali terkam kijang itu sudah dapat dimangsanya.

Suatu hari harimau itu menerkam Pak Balam yang sedang lengah dan diseretnya ke hutan. Karena teriakan Pak Balam, teman-temannya datang menolong dan Pak Balam dapat diselamatkan meskipun ia luka berat. Dalam keadaan lemah Pak Balam menceritakan mimpi buruknya yang memaknakan perbuatan dosa yang telah dilakukannya selama ia hidup. Ia juga menceritakan perbuatan- perbuatan dosa yang telah dilakukan Wak Katok.

Ketika mereka meneruskan perjalanan pulang dengan mengusung Pak Balam, harimau menerkam Talib. Atas usaha teman-teman, Talib yang telah luka berat dapat direbut dari cengkraman harimau. Sebelum ia meninggal masih sempat mengaku bahwa bersama Sanip ia pernah mencuri kerbau tetangga.

Karena serangan-serangan harimau ini Pak Balam minta agar teman-temannya mengakui perbuatan dosa yang pernah dilakukan agar harimau utusan Tuhan ini tidak mengganggu mereka lagi. Hal ini membuat Sutan jengkel dan merencanakan untuk membunuh Pak Balam. Tapi rencana Sutan ini tidak kesampaian.

Dalam perjalanan berikutnya mereka berjumpa lagi dengan harimau lapar itu. Wak Katok merebut senapan dari tangan Buyung dan berhasil melarikan diri dari rombongan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Tetapi justru dia sendiri yang diterkam harimau. Untung teman-temannya segera memberi pertolongan dan ia dapat diselamatkan.

Niat buruk Wak Katok yang hendak mencelakakan Buyung dan Sanip dapat diketahui. Anggota badan Wak Katok diikat dan tidak dilepas-lepas lagi. Wak Katok dijadikan umpan dan diikatkan pada sebatang pohon. Pada saat harimau hendak memangsa Wak Katok, Buyung melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimau pun mati.

Kini mengertilah Buyung maksud kata-kata Pak Haji bahwa untuk keselamatan kita hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di dalam diri kita. Untuk membina kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesama manusia dan ia akan sungguh-sungguh mencintai Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal-hal yang bersifat takhyul, mantera-mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari Wak Katok.***

Mau download sinopsis ini? Klik di sin
Sinopsis novel lain? Klik di sini

Tuesday, April 29, 2008

Dengarlah Keluhan Pohon Mangga

DENGAR KELUHAN POHON MANGGA
Maria Amin


Dari tangan manusia aku diletakkan ke dalam lubang dan ditimbun dengan tanah. Setelah terpendam dalam tempat yang kelam itu aku ingin melihat ke luar, kalau ada tempat yang lain, kuharapkan sinar terang. Aku ingin, hasrat melihat di luar tempat kediamanku yang sempit ini. Dalam hati selalu berharap dan bertanya mungkinkah ada yang lain, selain dari dunia ini? Sebulan kuterpekur dalam tempat yang gelap itu.

Sebulan sebenamya lama benar aku menunggu hasrat hati yang hendakkan sinar matahari. Sebulan aku terpekur, mundur maju hatiku, melihat kesangsian yang akan kupastikan kelak. Jika ada dunia yang baik, di balik dunia ini, memang itu yang kuharapkan. Jika di balik dunia ini celaka juga yang kuderitakan sebagai sekarang ini... akh... nasibku benar rupanya yang menjadi suratan badan. Dari sehari ke sehari bertambah ingin aku melihat cahaya matahari dan merasakan ni'mat sinar.

Dua minggu badan setinggijengkal. Dengan batangku yang kaku dan masih muda itu, kulihat ke kiri ke kanan dengan congkak, kalau-kalau ada yang melebihiku. Dalam hatiku timbul takbur.

Matahari itu akan kucapai dan kuserang. Aduh... aku hampir kecewa sebab di sebelahku batang pinang yang ramping, melambai daunnya diembus angin mengorakkan daun. Daun yang rampak itu mengejekkan daku, bertepuk-tepuk ke sana kemari hina rendah memandangku. la, tentu ia... akan dahulu mencapai langit dan memberi salam kepada matahari si Ratu Sinar itu. Aku, ... tentu kecewa. Malu aku, rasakan ta' mau berdampingan dengan pohon pinang itu. Tetapi ya..., akan masuk ke dalam lagi, ke tempat yang lama aku ta sanggup lagi. Batang dan daun yang lembut ini ta dapat mencocokkan diri ke dalam tempat yang lama itu; hidupku yang baru ini ta' dapat sesuai lagi di lubang sempit gelap kelam itu.

Akan tumbuh melebihi pohon pinang... ? akh, rasanya ta mungkin, awak yang tinggi sejengkal kawan telah beratus kali lebih tinggi dariku. Jangan saja dating angin keparat meniup batangnya, yang ramping itu Pohon pinang musuh hidupku itu selalu melempar dengan buahnya yang telah busuk mengancam hidupku. Sekali,... hampir benar kena pucukku yang muda itu,... untung masih ada nasib akan hidup panjang Dengan kemalu-maluan kucoba juga membabarkan dua helai daunku, tetapi tentu ta' setanding dengan daun pinang itu. Setahun... dua tahun... ke enam tahunnya.


Pohon pinang yang ramping permai melenggang lenggok dengan daunnya, bersorak-sorai menimbulkan in hatiku. Sombong nian pohon itu congkak-melagak. Melenggang sepanjang hari. Riang girang bersorak-sorai selama waktu. Ta' tentu alam kelam dan panas tenk, hujan petir guruh-gemuruh. Dalam hati terbit ingin bertalu-talu iri cemburu melihat teman digantungi bola emas meluyut di bahu. Beberapa seluk anggotaku terpaksa kutanggalkan. Kutolak hidupnya. Jatuh ke bumi. Kering kuning, daun yang hijau berserak di bawah. Gundul aku oleh nasib yang dibikin-bikin ini.

Merangai* tabi'atku memaksa hidup seperti ini. Batangku seakan-akan ta' sudi menerima air hujan Kupilih hidup begini dalam musim kehausan. Lesu letih sekujur tubuhku. Pada pohon pinang tadi jangan dikatakan lagi maluku, ta' dapat dibandingkan. Sebab padanya tidak dia semerangai ini. Beberapa kali aku menanggung hidup yang diayun, diempas, berjuang sengsara.

Sejak dari tangan manusia sampai ke dalam tanah dan terus pula menjadikan buah. Napas sebuah-sebuah, hampir ta' sanggup menderita tiap-tiap perubahan hidupku ini. Merana hidupku.

Pada beberapa ranting kecil-kecil menjulur putik. Inikah yang dikatakan menjadi buah, sebagai pohon pinang dengan pinangnya? Beginikah yang dirasai oleh pohon pinang itu sebagai kurasai sekarang ini?

O Tuhan, kalau pohon mangga pandai berbicara tentu dia akan bercerita apa yang telah dideritanya waktu tumbuhnya. Ahli filsafat dan orang pandai-pandai hanya dapat mengetahui hidupnya itu dan mengerti keluhan pohon mangga tadi.
• Keluhan orang tua yang sudah seperti anak kecil.

Download Novel Sastra
Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari) - Lintang Kemukus Dini Hari (Ahmad Tohari) - Jentera Bianglala (Ahmad Tohari) - Kubah (Ahmad Tohari) - Di Kaki Bukit Cibalak (Ahmad Tohari) - Bekisar Merah (Ahmad Tohari) - Siti Nurbaya (Marah Rusli) - Di Bawah Lindungan Kabah (Hamka) - Azab dan Sengsara (Merari Siregar) - Harimau-Harimau (Mochtar Lubis) - Supernova (akar - Dee) - Supernova (petir - Dee) - - Sengsara Membawa Nikmat (Tulis Sutan Sati) - Mantra Penjinak Ular (Kuntowijoyo) - Mangir (Pramoedya Ananta Toer) - Arok-Dedes (Pramoedya Ananta Toer) - Perburuan (Pramoedya Ananta Toer) - Kasih Tak Terlerai (Suman Hs) - Gadis Pantai (Pramoedya Ananta Toer) - Atheis (Achdiat Kartamiharja)


goesprih.blogspot.com Overview

goesprih.blogspot.com has 1.444.907 traffic rank in world by alexa. goesprih.blogspot.com is getting 761 pageviews per day and making USD 3.70 daily. goesprih.blogspot.com has 210 backlinks according to yahoo and currently not listed in Dmoz directory. goesprih.blogspot.com is hosted in United States at Google data center. goesprih.blogspot.com is most populer in INDONESIA. Estimeted worth of goesprih.blogspot.com is USD 2701 according to websiteoutlook