Langkah II
Merah bekas bibirmu yang melekat di pipiku sudah kusabun,
tapi aku
masih curiga, warna itu menjadi garis di cakrawala di mana pohon
pohon yang kutanam menjelma hantu.
Akhirnya aku pergi ke Lautan Teduh untuk bersuci, tapi air laut
pohon yang kutanam menjelma hantu.
Akhirnya aku pergi ke Lautan Teduh untuk bersuci, tapi air laut
menjadi
kering seketika, sehingga seekor cumi-cumi marah padaku,
melilitku
dengan belalainya lalu menelanku.
Dalam perut cumi-cumi itu masih kudengar suara ibu
Dalam perut cumi-cumi itu masih kudengar suara ibu
menyuruhku
menyusu pada bisul di pantat nelayan primitif yang ditelan cumi-cumi
itu sepuluh ribu tahun lalu.
Nanah yang kukecup gurih dan harum, menyalangkan
itu sepuluh ribu tahun lalu.
Nanah yang kukecup gurih dan harum, menyalangkan
pandangku ke
pulau-pulau yang dalam peta tak pernah ketemu.
1978
Nenek Moyangku Airmata
“bisikkanlah kepada angin, perihal terompah kayu yang diketemukan di
gunung sejarah itu!” kata air bah yang tak sampai menimbulkan banjir.
Dahulu di gunung itu terjadi perang antara mentimun melawan durian.
Lewat luka mayat-mayat yang bergelimpangan, tersabdalah sebuah
firman, lantaran yang menang kekuasaan.
dan kabar yang ramai tersiar, di gunung itu ada bayang-bayang
menabur kembang.
1979
0 comments:
Post a Comment