OLENKA
Ada tiga novel yang telah ditulis Budi Darma: Olenka (1983), Rafilus (1988), dan Ny. Talis (1996). Semuanya ditulis Budi Darma di luar negeri. Tampaknya, luar negeri merupakan tempat yang enak untuk menulis baginya. Di sana ia tidak terlalu terganggu oleh urusan yang tidak berhubungan dengan kepengarangan.
Ketiga novel itu ditulis dalam waktu yang sangat cepat. Dari ketiga novel ini, kita dapat lebih memahami pikiran-pikiran Budi Darma lebih utuh. Dengan mencermati ketiga novelnya ini kita akan mengetahui perkembangan sikap hidup Budi Darma yang cukup menarik.
Persoalan yang digarap Budi Darma dalam ketiga novelnya ini masih sama dengan kebanyakan cerpennya, yaitu kepahitan hidup. Ceritanya selalu menggambarkan dunia yang menakutkan dan selalu muram. Cerita-ceritanya adalah serangkaian jatuh-bangunnya para individu dalam usaha mereka untuk mengenal diri mereka masing-masing. Sadar atau tidak, setiap individu pada akhirnya harus mengakui bahwa hidupnya hanyalah serangkaian kekosongan. Hanya sekali mereka berarti, sesudah itu mereka mati, karena memang arti yang mereka miliki hanyalah seinu. Tidak hanya kepahitan dan kekosongan hidup, tetapi juga masalah kesepian, kesunyian, keterasingan, kesendirian, dan kekejaman juga masih kental di ketiga novelnya. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari pengalaman hidup Budi Darma.
Persoalan takdir tampak dominan dalam ketiga novelnya: Olenka, Rafilus, dan Ny. Talis. Tema ketiga novel ini pun sama, yaitu ketidakberdayaan manusia atas takdir. Dalam bahasa Budi Danna, hal ini diungkapkan dengan pemyataan bahwa manusia bukanlah arsitek jiwa dan raga mereka (Darma, 1986: 220). Budi Darma masih memperjuangkan hal yang sama untuk menjawab obsesi-obsesinya.
Hanya sedikit orang yang bisa menulis dengan cepat. Jumlah ini akan berkurang lagi bila dari sedikit orang tersebut dapat menulis dengan baik, apalagi tulisannya dapat penghargaan. Novel Olenka yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta, tahun 1983, setebal 183 halaman yang banyak mendapat pujian itu diselesaikan Budi Darma dalam waktu kurang dari tiga minggu. Novel ini memenangi Hadiah Pertama Sayembara Mengarang Novel Dewan Kesenian Jakarta 1980. Novel ini banyak dibahas dan dibicarakan ahli sastra, baik di dalam maupun di luar negeri.
Novel Olenka ditulis Budi Darma pada akhir tahun 1979. Ia menulis Olenka melalui sebuah kebetulan. Menjelang akhir tahun 1979, volume pekerjaannya di Indiana University, Bloomington, Amerika Serikat menipis. Budi Darma sudah dalam tarafmenyelesaikan disertasinya mengenai Jane Austen. Setiap kali ia selesai menyerahkan sebuah tahap penulisan disertasi, sambil menunggu komentar para guru besarnya mengenai tahap disertasi tersebut, Budi Darma mempunyai waktu bebas, kadang-kadang sampai dua minggu (Darma, 1980: xi).
Pada waktu itulah Budi Darma sering memandangi mesin tulisnya. Sering tanpa ia sadari, tahu-tahu ia sudah menyelesaikan sebuah cerpen. Sehabis bepergian, sewaktu Budi Darma mendekati gedung Tulip Tree, sekonyong-konyong salju turun. Ia cepat lari masuk gedung. Di dalam lift, Budi Darma bertemu dengan seorang wanita dan tiga anak laki-laki berpakaian kotor. Perempuan ini menarik perhatiannya. Tahu-tahu, begitu Budi Darma masuk kamar, ia membuka mesin tulis, lalu langsung mengetik. Ternyata tangannya terus mengetik. Sampai beberapa hari, boleh dikatakan Budi Darma jarang tidur. Tahu-tahu ia sudah selesai menulis novel Olenka (Darma, 1980 dan 1986).
Tokoh utama novel Olenka adalah saya (Fanton Drummond) dan Olenka. Tokoh lain yang banyak diceritakan dalam novel ini adalah Wayne Danton (suami Olenka) dan Mary Carson. Selain dari segi isinya, novel ini sangat menarik dari segi teknik penceritaan: teknik kolase. Di dalam novel ini terdapat gambar gambar dan tulisan di media massa. Gambar dan tulisan tersebut dikaitkan dengan tokoh, latar, dan peristiwa yang ada di dalam novel. Ada juga catatan akhir yang memberikan penjelasan tentang tokoh, peristiwa, atau tempat seperti layaknya karya ilmiah. Melalui catatan akhir ini, Budi Darma memberitahukan kepada pembaca ide-ide yang dimasukkan ke dalam novelnya, baik melalui proses mengalami langsung, membaca, maupun mendengar.
Dengan membaca novel ini, kita diajak oleh Budi Darma untuk meyakini bahwa tokoh, peristiwa, dan latar yang ada di novel ini seakan-akan benar adanya. Kita dipermainkan untuk mencampuradukkan antara dunia fiksi dan realitas. Oleh karena itu, banyak ahli yang mengelompokkan novel ini ke dalam novel absurd.
Sebagian besar peristiwa dalam Olenka berlatar Bloomington, Indiana, terutama di sekitar aparternen Tulip Tree. Budi Darma juga bercerita tentang apartemen Tulip Tree, kampus (Indiana University), yaitu tentang gedung liberal art, fakultas ekonomi, fakultas hukum, hutan di jantung kampus yang banyak patungnya, Sungai Yordan yang membelah kampus menjadi dua, dan perpustakaan universitas. Budi Darma juga menjadikan Menara Lonceng Elberhart, beserta riwayatnya dalam satu subbab novelnya. Ia juga menjadikan kelab malam Nick's English Hut sebagai tempat kerja Olenka. Budi Darma bercerita tentang Gedung Jurnalistik dan ruang bawah tanahnya, Gedung Lockridge, di pojok Jalan Stull Selatan dan Maxwell Lane.
Novel Olenka juga berlatar negara bagian Kentucky dan Chicago, jantung negara bagian Illinois. Hal ini sesuai dengan alur cerita, Fanton mencari Olenka hingga ke negara bagian Kentucky dan Chicago, melalui kota kecil Brackford yang sudah mati. Dalam perjalanan ke Chicago, Fanton mampir ke Indianapolis.
Dengan bahasa yang mudah dimengerti, lincah, dan segar, novel ini menampilkan Fanton Drummond, yang sekaligus bertindak sebagai pencerita. Itulah sebabnya novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama yang juga terlibat dalam cerita. Novel ini menggunakan alur campuran. Secara keseluruhan, alur novel ini adalah alur maju, tetapi pada bagian-bagian tertentu ada peristiwa yang diceritakan mundur.
Kisah novel Olenka dimulai ketika Fanton Drummond bertemu dengan Olenka di lift apartemen Tulip Tree. Sejak itu, bayangan Olenka tidak mau lepas dari Fanton Drummond dan ia pun jatuh cinta kepada Olenka. Sayangnya, Olenka sudah mempunyai suami (Wayne Danton) dan anak (Steve). Fanton Drummond senang mengetahui bahwa perkawinan Olenka dan Wayne Danton di ambang kehancuran. Mereka hidup dengan dunianya sendiri. Olenka adalah seorang pelukis yang berbakat dan mampu membuat lukisannya seperti hidup. Wayne Danton adalah orang terobsesi untuk menjadi pengarang.
Olenka menikah dengan Wayne Danton karena ia tertarik pada kepengarangan Wayne Danton. Cerpennya masuk dalam antologi tahunan cerpen Hadiah O'Henry dan dimuat di The Kanyon Review. Cerpen tersebut merupakan cerpen satu-satunya yang dapat terbit. Menurut Olenka, Wayne Danton primitive dan cerdas dari segi tertentu meskipun Wayne Danton juga orang yang bodoh, selalu bingung, rendah diri, dan korban pertentangan antara intuisi dan logikanya.
Dalam berhubungan dengan Olenka, Fanton Drummond merasa sebagai objek. Meskipun demikian, mereka tetap saling mencintai. Mereka berjanji pada suatu waktu mereka harus berpisah. Ketika berpisah dengan Olenka, ternyata bayangan Olenka tidak bisa lepas dari Fanton Drummond.
Ia berusaha mencari jejak Olenka ke Indiana, Kentucky, dan kembali ke Illinois. Di Chicago, Fanton berkenalan dengan Mary Carson di Hotel La Salle. la mencintai dan meminang Mary. Namun, pinangannya ditolak dengan halus. Mary Carson dipanggil pulang oleh ibunya. Hal ini membuat Fanton mengalami kekosongan hidup. Untuk mengisinya, ia menulis surat untuk Mary; tidak dikirimkan, tetapi disimpan beberapa hari, kemudian dibaca sendiri. Ia juga bertindak sebagai Mary yang membalas suratnya sendiri, disimpan beberapa saat, kemudian dibaca sendiri, demikian seterusnya untuk beberapa kali.
Beberapa saat kemudian, Fanton menerima surat panjang dari Olenka. Isinya menceritakan asal usulnya, dia yang kasihan terhadap Wayne, cintanya kepada Fanton sejak dia bertemu dengannya. Ia bercerita tentang pernikahannya dengan Wayne yang hanya karena Olenka ingin keluar dari kehidupannya sebagai lesbian. Sayangnya, anaknya (Steven) lahir bukan dari rasa kasih sayang. Itulah sebabnya, hubungannya dengan Steven biasa-biasa saja. Untuk melupakan bayangan Olenka yang kembali mengikutinya, Fanton mencoba berkeliling Bloomington dengan pesawat ringan.
Fanton merasa kasihan kepada Mary dan bemiat memperbaiki pinangannya. Setelah bertemu dengan Mary, ternyata ia cacat karena kecelakaan pesawat terbang. Fanton tetap melamarnya. Meskipun mencintai Fanton, ia menolaknya, karena ia menganggap bahwa ia hanya sebagai pengganti Olenka bagi Fanton.
Sepulangnya dari Mary, Fanton membaca berita tentang pemalsuan lukisan yang dilakukan oleh Olenka. Fanton ingin menemui Olenka yang dirawat di rumah sakit karena terlalu banyak minum obat tidur. la tidak berhasil menemui Olenka karena Olenka sudah pergi seperempatjam yang lalu. Gairah Fanton terhadap Olenka sudah lenyap. Kini dia merenungi dirinya. la mengakui berbeda dengan Wayne, yang selalu sadar siapa dirinya. Setiap detik hidup Wayne tidak pernah melepaskan diri dari kepengarangannya. Sebaliknya, Fanton tidak tahu siapa dirinya. Setiap tindakannya belum tentu berjalan ke arah tujuannya karena tujuannya sendiri tidak jelas. Ini karena ia terlalu bebas. Kini semuanya diserahkan kepada Tuhan.
Seperti pengakuan Budi Darma sendiri, tokoh-tokoh dalam Olenka tergencet antara keinginan mereka untuk menentukan diri mereka sendiri dan ketidakberdayaan mereka. Seperti halnya para tokoh dalam karya-karya sastra yang dikagumi Budi Darma, tokoh-tokoh dalam Olenka terpaksa mengakui bahwa mereka bukanlah arsitekjiwa dan raga mereka (Darma, 1986: 220).
Setiap karya sastra yang baik pada hakikatnya adalah kisah berkecamuknya pikiran dan pandangan orang-orang yang tidak malu-malu mengakui siapa mereka sebenamya. Fanton Drummond, Olenka, Wayne Danton, Mary Carson, dan lain-lain dalam novel ini adalah orang-orang yang tidak mempunyai tedeng aling-aling. Dunia mereka sempit dan terbatas. Karena mereka tidak berpura-pura, melalui mata mereka kita melihat sekian banyak cakrawala dunia. Mereka semua terbentur-bentur, dan tidak malu mengakui bahwa mereka bukan pahlawan. Yang diangkat dalam novel ini justru peri kehidupan orang-orang yang bergeleparan. Dalam menulis Budi Darma selalu mengaku, bahwa manusia adalah makhluk yang penuh luka, hina-dina, dan sekaligus agung dan anggun. (Darma, 1986: 223-224).
Novel Olenka ini mengangkat tema ketidakberdayaan manusia atas takdir yang terjabar dalam berbagai peristiwa. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Fanton Drummond, Olenka, Wayne Danton, dan Mary Carson menunjukkan bahwa mereka hanyalah boneka bagi ketentuan takdir. Sikap Budi Darma terhadap adanya kekuasaan takdir ini terangkum juga dalam pernyataan Fanton Drummond setelah gagal mendapatkan Olenka maupun Mary Carson, "Dan saya harus mempertanggungjawabkannya. Maka, dalam usaha saya untuk menjadi pemeluk teguh, saya bergumam, 'Tuhanku, dalam termangu, aku ingin menyebut nama-Mu" (Darma, 1986: 215).
Seperti tokoh-tokoh pada sebagian besar karya Budi Darma, tokoh utama dalam novel Olenka adalah tokoh yatim piatu atau merasa semacam itu. Fanton Drummond adalah anak yatim. Ketika kecil, Fanton mengirim surat kepada ayah-ibunya dengan alamat di surga. Olenka adalah tokoh yang sejak kecil sudah ditinggal mati oleh ayahnya, dan kemudian disusul oleh ibunya, sehingga dia diambil oleh pamannya.
Kondisi tokoh utama ini erat kaitannya dengan tema kesendirian yang kental sekali dalam novel Olenka. Tokoh-tokoh utamanya (Fanton Drummond, Olenka, Wayne Danton, Mary Carson) adalah tokoh-tokoh yang hidup dalam alam pikiran dan cara mereka sendiri. Selain hidup seperti itu, kesendirian tokoh Fanton Drummond dan Olenka juga disebabkan oleh keadaan mereka yang tidak mempunyai ayah dan ibu. Perasaan sendiri itu antara lain diungkapkan oleh Olenka.
Kembali saya merasakan bahwa sebetulnya saya hidup sebatang kara. Tidak ada orang lain yang mengawasi saya kecuali saya sendiri, dan juga tidak ada orang lain tempat saya mempertanggungjawabkan segala gerak hidup saya kecuali saya sendiri. Semenjak paman meninggal, saya merasa bahwa saya lahir sendiri, berkembang sendiri, dan akhimya akan mati sendiri (Darma, 1986: 164).
Dalam novel Olenka, tokoh utamanya (Fanton Drummond, Olenka, Wayne Danton) adalah tokoh yang mengalami kesepian, kesunyian, dan keterasingan dari pergaulan masyarakat kota besar. Fanton Drummond merasa kesepian sehingga begitu berkenalan dengan Olenka, bayangan Olenka terus mengikutinya. Ia pun bertekad memperistri Olenka meskipun Olenka telah bersuami dan beranak. Olenka dan Wayne merasa kesepian karena kehidupan rumah tangga mereka tidak harmonis. Keterasingan tampak dalam tokoh Wayne dan Steve yang selalu mengucilkan diri dari pergaulan sesama.
Tokoh-tokohnya banyak mengalami kepahitan hidup. Ini antara lain dieksplisitkan dalam pernyataan Olenka berikut.
Dia sengaja minum teh dan kopi pahit untuk mengingatkan bahwa hidupnya tidak selalu enak. Dia senang merayakan kesengsaraan dengan minuman pahit...Kadang-kadang saya merasa, bahwa dalam usahanya untuk menghindarkan kesengsaraan, dia justru mencari kesengsaraan. Seperti yang pernah dikatakannya sendiri, seluruh hidupnya merupakan rangkaian perayaan untuk melupakan kesengsaraan dengan mengingatkan diri, bahwa dia tidak akan terlepas dari kesengsaraan. Jalan untuk membebaskan dirinya dari kesengsaraan adalah selalu menyadari bahwa kesengsaraan selalu ada (Darma, 1986: 196).
Olenka banyak mengalami kepahitan hidup. Selain terjabar dalam seluruh cerita, kepahitan hidup Olenka ini terutama diceritakan dalam bagian "Surat Panjang Olenka". Kepahitan ini dimulai ketika dia sadar bahwa ternyata kedua orang tuanya berharap mempunyai anak laki-laki, temyata ia lahir sebagai perempuan. Kepahitan berikutnya adalah kematian ayahnya akibat mobilnya terlanggar kereta api. Kemudian disusul dengan kematian ibunya, beberapa minggu setelah usaha ibunya untuk menembak masinis yang telah menabrak ayahnya mengalami kegagalan. Ia pun ikut keluarga pamannya. Kehidupannya kembali terasa pahit ketika ia harus menerima kenyataan bahwa ia menjadi lesbian ketika bersahabat dengan seorang wanita yang dinamai Winifred. Pernikahan Olenka dengan Wayne juga dirasakan sebagai sesuatu yang pahit. Ia menikah dengan Wayne asal menikah. Hal ini dilakukan semata-mata karena dorongan untuk menjadi wanita yang normal, bukan lesbian.
Olenka berpendapat bahwa mempunyai anak adalah sebuah tujuan, bukan akibat. Anaknya sejak kecil sudah tidak menyukainya. Kehidupan rumah tangga Olenka dengan Wayne tidak harmonis, bahkan berada di ambang kehancuran, menjelang Steven lahir. Keinginan Olenka untuk menjadi pelukis gagal. Dalam berhubungan dengan Fanton Drummond pun, Olenka banyak mengalami kepahitan karena ternyata ia sulit untuk melepaskan diri dari suaminya dan anaknya.
Kehidupan Wayne tidak manis. Ketika perkawinannya dengan Olenka diambang kehancuran, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa Olenka ternyata mencintai Fanton Drummond. Ia yang sudah berusaha keras untuk menjadi pengarang ternyata hasilnya tidak seperti yang dia harapkan, padahal ia menganggap menjadi pengarang adalah segalanya.
Sistematika novel Olenka mengikuti sistematika struktur musik. Berita-berita tentang musik dan tokoh-tokoh musik masuk ke dalam Olenka (juga dalam Ny.Talis). Hal ini disebabkan Budi Darma banyak menghayati seni musik, khususnya musik klasik, ketika ia berada di Bloomington, walaupun ia tidak bisa memainkan alat musik apa pun. Teman-temannya dari dunia musik banyak sekali: musisi-praktisi, musisi-mahasiswa dan dosen musik. Setiap mereka mementaskan opera, sebelum gladi bersih sampai dengan gladi bersih, dia sering diundang. Dia sering mengikuti gladi kotor sampai gladi besih segala macam opera yang terkenal. Di Indiana University ada sebuah fakultas, yaitu fakultas ilmu musik. Di samping itu, ada radio WFIUFM. Rad^o WFIUFM adalah radio milik kampus yang jangkauannya luas. Siarannya mulai pukul 5 pagi hingga 1 malam. Siarannya tentang musik klasik, berita, dan ulasan musik klasik. Pada saat Budi Darma menulis Olenka,radionya boleh dikatakan menyala terus, khususnya kalau menyiarkan warta berita dan musik klasik. Semua itu dia dengarkan sambil menulis.
Ketika berada di Bloomington, Budi Darma mempunyai banyak teman pelukis dan mahasiswa jurusan seni rupa. Bisa dimengerti bahwa tokoh Olenka adalah seorang pelukis. Hal-hal yang berkaitan dengan seni rupa juga masuk ke dalam novel Olenka.***
Sumber tulisan: Budi Darma: Karya dan Dunianya, Wahyudi Siswanto, hal.163-172
Download postingan ini KLIK di sini
0 comments:
Post a Comment