Memahami Ramayana
Ramayana sama sifatnya dengan Mahabharata yaitu Wiracarita dan berhubungan dengan agama. Yang dianggap sebagai penulis ialah Walmiki, seorang Rsi yang memelihara putra Rama.
Sama halnya dengan Wiyasa, Walmiki dianggap sebagai penyusun saja, dengan alasan: (1) Perkembangan eeritanya dalam jarak waktu yang lama, yaitu selama 400 tahun. Mulai 200 tahun sebelum Masehi dan berakhir 200 tahun sesudah Masehi; (2) Ceritanya tersusun atas 24.000 seloka. Tiap seloka tersusun atas 28 sampai dengan 32 suku kata. Jadi sangat panjang.
Ramayana dianggap lebih dari Wiracarita. Rama dianggap orang Hindu sebagai penjelmaan Dewa Wisnu, sehingga Dewa Wisnu disebut juga Dewa Ram. Sebesar-besar dosa yang dibuat manusia, dapat terhapus dengan mengucapkan Ramantra (Mantra Rama).
Cerita Ramayana terbagi atas bagian-bagian yang disebut kanda. Semuanya ada 7 kanda, yaitu: (1) Balakanda: Cerita pertama tentang Wisnu akan menjelma ke dunia. Ceritanya kebanyakan bersifat mythe; (2) Ayodyakanda: Cerita tentang raja Dasatha di Ayodya; (3) Aranyakanda: Cerita tentang percakapan Barata dengan Rama di hutan Dandaka mengenai tahta kerajaan; (4) Kiskandakanda: Cerita tentang Sugriwa, raja kera dengan laskarnya; (5) Sundarakanda: Cerita tentang keindahan kerajaan Langkapura dan pertemuan Hanoman dengan Dewi Sita; (6) Yudhakanda: Cerit tentang pengucilan Sira (hukuman dari Rama) dan Cerita akhir hayat Rama sampai ia menjadi Wisnu kembali.
Aneka Ragam Cerita Ramayana
Dalam cerita Sri Rama Indonesia tentang Ramayana ini berakhir dengan kesedihan. Rama merasa curiga terhadap Sita bahwa ia masih suci, tidak ternoda oleh Rawana di istana Langkapura. Untuk membuktikan kesuciannya Sita diuji dengan api. Ternyata Sita tidak terbakar dalam kobaran api yang menandakan bahwa ia betul-betui tidak dinodai oleh Rawana. Tetapi Rama tetap belum percaya. Sita dibuang ke hutan, dan untunglah ia mendapat perlindungan Rsi Walmiki (penyusun Ramayana). Dalam pertapaan Sita diciptakan oleh Maharsi anak Sita yang diberi nama Kusa dan Tilawa.
Walmiki memperkenalkan kedua putranya tersebut kepada Rama, yaitu putra yang lahir dalam pertapaan Sita. Karena Rama tetap belum percaya, maka Sita berkata, bahwa bumi akan terbuka dan menelannya jika ia sungguh tidak ternoda oleh Rawana. Maka terjadilah hal yang demikian, bahwa Sita ditelan oleh bumi. Tinggallah Rama dengan penyesalan dan ucapan "Sungguh suci kau Sita."
Rama kembali ke hutan bertapa, sampai akhir hayatnya, dan ia kembali sebagai Wisnu di keinderaan. Tilawa diangkat menjadi raja pengganti Rama di Ayodya.
Ramayana Menjadi Sastra Indonesia
Karena erat pergaulan bangsa Indonesia dengan bangsa Hindu, maka hasil kesusastraan Hindu ini masuk ke dalam sastra Indonesia dengan variasinya akhirnya juga menjadi milik Indonesia. Perubahan dari yang semula terjadi karena: (1) Adanya penyesuaian dengan adat-istiadat dan kebiasaan di Indonesia; (2) Variasi setiap penutur yang menyampaikan cerita ini secara lisan.
Dalam sastra Indonesia cerita ini lebih dikenal dengan nama Hikayat Sri Rama. Sudah tentu banyak perbedaannya dari Ramayana yang semula. Lebih-lebih dalam Sri Rama sudah banyak kita jumpai hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Di India pun cerita Ramayana tidak sama. Cerita Ramayana di India Utara berbeda dengan di India Selatan. Menurut Stutterheim, Ramayana Walmiki, bukanlah yang tertua di India, karena selain itu banyak lagi cerita tentang Ramayana.
Ramayana dalam bahasa Hindu disusun oleh Tulsi Das. Buku ini dianggap sebagai buku agama yang dianut oleh lebih-kurang 1000 juta orang India. Ada pula Ramayana yang disusun berbentuk drama yang disusun oleh Kalidasa.
Menurut pendapat ahli, Ramayana yang masuk ke Indonesia bukan Ramayana yang disusun oleh Walmiki, melainkan yang berasal dari India Utara. Oleh Yogiswara cerita yang masuk dari India Utara ini disalin ke dalam bahasa Jawa Kuno pada tahun 925. Kemudian pada tahun 1900 diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa oleh Prof. Dr. Kern dan diterbitkan di Leiden (Belanda). Oleh karena banyak yang tidak mengetahui bahasa Jawa Kuno, maka Yasadipura I menerjemahkannya ke dalam bahasa Jawa Baru dan diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Hikayat Sri Rama dalam kesusastraan Indonesia ada 2 macam, yaitu:
- Yang diterbitkan oleh Roorda van Esynga pada tahun 1843. Merupakan cerita yang tertua dan tidak banyak bedanya dengan Ramayana Walmiki.
- Yang diterbitkan oleh Shellabear tahun 1915. Isinya sangat berbeda dengan Ramayana Walmiki.
Lama-kelamaan tokoh Laksamana di Indonesia lebih disenangi daripada Rama, karena Rama mencerminkan orang yang lepas bimbingan, kurang berani, dan pencuriga.
Sedangkan Laksamana mencerminkan orang yang mau berkurban, berani, jujur, dan berjasa. Kemudian Laksamana menjadi nama pangkat perwira tinggi dalam Angkatan Laut.
Masyarakat Indonesia lebih menyukai cerita Ramayana daripada Mahabharata dengan jiwa masyarakat Indonesia.
Sedangkan pada cerita Mahabharata lebih menonjol unsur pertempuran yang menimbulkan kurban yang sangat banyak. Namun demikian bagian-bagian cerita Mahabharata tetap disenangi masyarakat Indonesia. Cerita-cerita dalam pewayangan banyak yang berhubungan dengan cerita Mahabharata ini.
Cerita-cerita dalam Mahabharata banyak dipahatkan di candi Borobudur dan candi lainnya. Demikian juga cerita Ramayana, dipahatkan pada candi Prambanan. Pada candi Prambanan terkenal pahatan Larajongrang, cerita yang terkenal di kalangan penduduk di sekitarnya.
Disarikan dari berbagai sumber
DOWNLOAD postingan ini
1 comments:
makasih infonya gan...
Post a Comment