MAWAR
Karya : Ihung (Dian Nendi)
Seikat mawar
Dijual penyamun
Di jalanan
Di bawah lampu merah
Diantara simpang-siur kemacetan
Adu-tawar dan perdebatan
Menjadi warna
Peradaban
Dari mulut ke mulut
Dari hari ke hari
Harum mawar laksana topan
Memporak-porandakan kedamaian
Terang bulan diatas klopak trotoar
Seikat mawar
Yang dijual penyamun di jalanan
Tak lebih dari sepasir janji
Yang butirnya
membuat matamu buta
Dan kau
Tak bisa lagi meraba
di mana
Keadilan itu bertahta
JEMBATAN BURUNG-BURUNG
Karya : Ihung (Dian Nendi)
Burung-burung terbang ke tenggara
Meninggalkan sarang dan sanak saudara
Meninggalkan sempurna luka; hutan yang terbakar
Gemuruh batang tumbang
Derak ranting dan kabut tebal
Mengantar hingga batas kota
Di atas tiang jembatan
Dilumpuhkannya kebahagiaan itu
Dikenangnya pula batasan hening dan air mata
Lalu mereka lintasi sungai-sungai kering
Batu-batu hitam yang diterkam kerontang
Lumpur terik dan keriting
Menunjuk arah muasal bising
Tempat segala pekik melebihi deru angin
Tak ada suara menyertai perjalanan
Paruh-paruh terkatup
Diliput basah lumut yang tinggal lamunan
Dililit kembang akar yang tinggal sejarah
Hanya hati yang melesat mendahului pergi
Menjumpai antrian panjang kendaraan
Lalu-lalang orang di lantai atas gedung pertokoan
Segala poster dan juga spanduk-spanduk iklan
Yang mereka tanyakan
Kenapa mesti hutan yang dijadikan ajang pertempuran
Kenapa mesti mereka yang kemudian harus mencatat kecemasan
Lalu sepenggal getir mengisahkan kepiluan
Ketika langit membangun mendung dari jutaan burung-burung
Ketika cakar demi cakar
menggambar darah
Dikibar jantungmu yang lambat tengadah
"burung ababil menyerang kota
Burung ababil menyerang kita!"
0 comments:
Post a Comment