INDERA BANGSAWAN MEMBUNUH BURAKSA
Syah Peri dan Indera Bangsawan disuruh oleh ayahanda
mereka itu mencari buluh perindu 1). Ketika hujan
lebat, mereka itu tercerai Syah Peri kemudian mengalahkan
lebat, mereka itu tercerai Syah Peri kemudian mengalahkan
gurda 2) dan kawin dengan seorang putri. Indera
Bangsawan sampai ke tempat seorang raksasa, yang memberi
Bangsawan sampai ke tempat seorang raksasa, yang memberi
kesaktian kepadanya. la mengubah rupanya dan
menjadi gembala. Dengan demikian ia berkenalan dengan
putri Dewi Kemala Sari.
Putri itu dipinang oleh sembilan orang anak raja.
Yang sanggup membunuh buraksa yang meminta korban
tiap tahunlah yang akan mendapat dia.
Yang membuBuh buraksa itu dan yang menyelamatkan
menjadi gembala. Dengan demikian ia berkenalan dengan
putri Dewi Kemala Sari.
Putri itu dipinang oleh sembilan orang anak raja.
Yang sanggup membunuh buraksa yang meminta korban
tiap tahunlah yang akan mendapat dia.
Yang membuBuh buraksa itu dan yang menyelamatkan
Dewi Kemala Sari ialah Indera Bangsawan.
Maka Indera Bangsawan pun menyembahlah serta mencerit akan hal-ihwal tuan outri Dewi Kemala Sari akan diambil buraksa 3) dan halnya hendak menolong tuan putri itu.
Maka kata neneknya (raksasa) itu, "Terialu baik bicara cucuku ini!" Setelah itu maka dicitanyalah kudanya asal dari anak raja jin. Dengan seketika itu juga kuda itu pun terdirilah dengan selengkap pakaiannya. Maka Indera Bangsawan pun heranlah seraya mengucap syukur kepada Allah subhanahu wataala. Adapun kuda itu hijau warnanya. Maka kata kuda itu, "Mengapa tuanku memanggil akan patik ini?"
Maka kata raksasa itu, "Engkau ini sudah aku berikan kepada cucuku ini."
Arkian 4) maka kuda itu pun tunduk seperti laku orang menyembah. Maka kata raksasa, "Hai cucuku, ambillah kuda ini. jikalau sampai ke sana, maka tahan jerat ini pada mulut bejana 5) itu. Maka ujung tali itu tambatkan ke leher kuda ini, karena buraksa itu akan datang minum air pada bejana itu."
Syahdan maka Indera Bangsawan menanggalkan sarung kesaktian itu lalu ia mengambil pedangnya. Arkian maka Indera Bangsawan pun bermohonlah kepada neneknya raksasa itu, seraya katanya, "Apa nama kuda ini?"
Maka kata neneknya (raksasa) itu, "Terialu baik bicara cucuku ini!" Setelah itu maka dicitanyalah kudanya asal dari anak raja jin. Dengan seketika itu juga kuda itu pun terdirilah dengan selengkap pakaiannya. Maka Indera Bangsawan pun heranlah seraya mengucap syukur kepada Allah subhanahu wataala. Adapun kuda itu hijau warnanya. Maka kata kuda itu, "Mengapa tuanku memanggil akan patik ini?"
Maka kata raksasa itu, "Engkau ini sudah aku berikan kepada cucuku ini."
Arkian 4) maka kuda itu pun tunduk seperti laku orang menyembah. Maka kata raksasa, "Hai cucuku, ambillah kuda ini. jikalau sampai ke sana, maka tahan jerat ini pada mulut bejana 5) itu. Maka ujung tali itu tambatkan ke leher kuda ini, karena buraksa itu akan datang minum air pada bejana itu."
Syahdan maka Indera Bangsawan menanggalkan sarung kesaktian itu lalu ia mengambil pedangnya. Arkian maka Indera Bangsawan pun bermohonlah kepada neneknya raksasa itu, seraya katanya, "Apa nama kuda ini?"
Maka kata raksasa itu, "Janggi 6) Hijau Harjin namanya."
Maka kata Indera Bangsawan, "Hai Janggi Harjin, marilah engkau kepadaku." Maka kuda itu pun datanglah kepadanya. Setelah itu maka Indera Bangsawan pun naiklah ke atas kuda itu. Maka pedangnya yang berhulukan zamrud itu pun diperselendangnya sebelah kiri dan cemeti manikam di kanannya. Setelah sudah, maka digertakkannya kudanya itu. Dengan sesaat itu juga, maka ia pun sampailah ke tempat tuan putri itu. Maka dipermain-mainkannya kudanya itu di hadapan mahligai tuan putri itu. Maka dilihat oleh tuan putri orang muda mengendarai kuda hijau terlalu amat elok parasnya, serta sikapnya pun baik. Maka kata tuan putri, "Hai orang muda, maukah tuan hamba lenyap serta hilang dengan hamba maka tuan hamba datang ke mari ini? Jika sekarang buraksa itu datang, tuan hamba pun, tentu dimakannya."
Maka Indera Bangsawan pun berpantun, demikian bunyinya:
"Tali kuda hamba tambatkan,
terbang sekawan burung merpati.
Sedikit tidak hamba takutkan,
karena tuan belaku 7) mati."
terbang sekawan burung merpati.
Sedikit tidak hamba takutkan,
karena tuan belaku 7) mati."
Maka kata tuan putri, "Jikalau demikian baiklah tuan hamba naik, janganlah tuan hamba di bawah mahligai ini."
Maka Indera Bangsawan pun turunlah dari atas kudanya, lalu menahan jerat pada mulut bejana itu; maka ujung tali itu pun diikatkannya pada leher kudanya, serta berpesan, "Hai Janggi Harjin, jikalau buraksa itu minum air, maka tarik olehmu jerat ini dan tendang olehmu akan dia!" Setelah sudah ia berpesan itu, maka ia pun naiklah ke atas mahligai itu lalu duduk dekat tuan putri. Syahdan 8) maka ditanya oleh tuan putri, "Siapa nama tuan hamba ini dan di mana negeri tuan hamba?"
Maka kata Indera Bangsawan, "Hamba ini tiada bemama dan tiada tahu akan bapak hamba, karena diam dalam hutan rimba belantara. Adapun sebabnya hamba ke mari ini karena hamba mendengar khabar anak raja sembilan orang hendak membunuh buraksa dan merebut tuan hamba daripadanya itu; itulah maka hamba datang ke mari hendak melihat tamasya 9) anak raja itu."
Maka kata tuan putri, "Syukurlah jikalau tuan hamba hendak mengasihi hamba dan pada bicara akal hamba, akan anak raja-raja yang sembilan itu tiadalah dapat membunuh buraksa itu. Jikalau lain daripada Indera Bangsawan tiada dapat membunuh akan buraksa itu."
Maka Indera Bangsawan pun turunlah dari atas kudanya, lalu menahan jerat pada mulut bejana itu; maka ujung tali itu pun diikatkannya pada leher kudanya, serta berpesan, "Hai Janggi Harjin, jikalau buraksa itu minum air, maka tarik olehmu jerat ini dan tendang olehmu akan dia!" Setelah sudah ia berpesan itu, maka ia pun naiklah ke atas mahligai itu lalu duduk dekat tuan putri. Syahdan 8) maka ditanya oleh tuan putri, "Siapa nama tuan hamba ini dan di mana negeri tuan hamba?"
Maka kata Indera Bangsawan, "Hamba ini tiada bemama dan tiada tahu akan bapak hamba, karena diam dalam hutan rimba belantara. Adapun sebabnya hamba ke mari ini karena hamba mendengar khabar anak raja sembilan orang hendak membunuh buraksa dan merebut tuan hamba daripadanya itu; itulah maka hamba datang ke mari hendak melihat tamasya 9) anak raja itu."
Maka kata tuan putri, "Syukurlah jikalau tuan hamba hendak mengasihi hamba dan pada bicara akal hamba, akan anak raja-raja yang sembilan itu tiadalah dapat membunuh buraksa itu. Jikalau lain daripada Indera Bangsawan tiada dapat membunuh akan buraksa itu."
Maka kata orang muda itu, "Siapakah yang bernama Indera Bangsawan itu?"
Maka kata tuan putri itu, "Adapun yang bernama Indera Bangsawan itu, putra raja Indera Bungsu dan cucu raja Kobat Syahrial 10) ialah yang dapat membunuh buraksa itu."
Maka kata orang muda itu, "Mengapa maka tuan putuskan kehendak Allah subhanahu wataala, masakan anak raja yang sembilan orang itu tiada dapat membunuh buraksa itu?"
Kalakian maka di dalam berkata-kata itu buraksa itu pun datanglah dengan gemuruh bunyinya. Maka tuan putri pun gemetarlah segala tulangnya, seraya katanya, "Hai orang muda, tolonglah hamba ini!"
Maka kata orang muda itu, "Mintakan doa kepada Allah subhana wataala. Aduhai tuanku, perhimpunan segala kasih emas merah, ratna pekaja 11), manatah anak raja-raja yang sembilan orang itu, tunangan tuan hamba, maka tiada datang mengambil tuan hamba dari buraksa itu?"
Maka tuan putri pun menyapu air matanya, seraya katanya:
"Sudah gaharu cendana pula,
tetak tamu 12) di dalam puan.
Sudah tahu bertanya pula,
hendak bercumbu gerangan tuan."
tetak tamu 12) di dalam puan.
Sudah tahu bertanya pula,
hendak bercumbu gerangan tuan."
Syahdan maka orang muda itu pun berkata, "Jika lepas daripada bahaya buraksa itu, apa gerangan balas tuanku akan patik?"
Maka kata tuan putri, "Adajuga balasnya!"
Maka di dalam berkata-kata itu, buraksa itu pun datanglah, berdiri di kaki tangga itu.
Adapun buraksa itu, setelah dilihatnya air ada di dalam mulut bejana itu, maka ia pun minumlah serta dimasukkannya kepalanya ke dalam mulut bejana tempat jerat tertahan itu. Setelah dilihat oleh Janggi Harjin, maka ditariknyalah tali jerat itu hingga terjeratlah leher buraksa itu; maka buraksa pun hendak melepaskan dirinya, tiada boleh lagi 13). Setelah itu maka ditendanglah oleh kuda janggi itu kira-kira dua tiga kali. Maka Indera Bangsawan pun segera turun lalu diparangnya dengan pedangnya. Maka buraksa itu pun matilah. Maka Indera Bangsawan segera mengiris hidungnya yang tujuh dan matanya yang tujuh itu. Setelah itu maka dicocoknya seperti bantai tenggiling. Demikiahlah diperbuatnya oleh Indera Bangsawan.
Setelah itu lalu ia naik ke atas kudanya, sambil ia berkata, "Tinggallah tuan putri dengan selamat sempurnanya." Setelah itu maka dipacunya kudanya, sehingga dengan sesaat itu juga, ia pun gaiblah di padang itu.
Syahdan maka tuan putri pun ternganga-ngangalah, seraya pikirnya, "Indera Bangsawan gerangan itu, maka dapat ia membunuh buraksa."
Setelah dilihat oleh anak raja-raja sembilan orang itu, bahwa buraksa itu datang, maka gementarlah segala anggotanya. Tetapi setelah dilihatnya buraksa itu sudah mati, maka ia pun datang berebut hendak mengerat hidungnya dan mengambil matanya.
Setelah dilihatnya mata dan hidungnya itu tiada lagi, maka masing-masing pun mengerat telinganya, ada yang mengerat tangannya dan kakinya akan jadi tanda, lalu dibawanya kepada baginda.
Setelah sampailah, maka ia pun terlompat-lompat, sambil mengatakan, "Patiklah yang membunuh buraksa itu." Seorang demi seorang demikian juga katanya.
Maka titah baginda itu, "Hai anakku sekalian, janganlah engkau berbantah-bantah dan hendaklah bawa ke mari tandanya itu."
Kalakian maka masing-masing pun memberikan tanda buraksa itu. Maka dilihat oleh baginda tiada matanya dan tiada hidungnya ketujuhnya. Maka titah baginda, "Seorang pun tiada yang membunuh buraksa itu, karena ini bukan alamatnya!"
Maka anak raja-raja yang sembilan itu pun berdiam dirilah dengan kemalu-maluan.
Maka kata tuan putri, "Adajuga balasnya!"
Maka di dalam berkata-kata itu, buraksa itu pun datanglah, berdiri di kaki tangga itu.
Adapun buraksa itu, setelah dilihatnya air ada di dalam mulut bejana itu, maka ia pun minumlah serta dimasukkannya kepalanya ke dalam mulut bejana tempat jerat tertahan itu. Setelah dilihat oleh Janggi Harjin, maka ditariknyalah tali jerat itu hingga terjeratlah leher buraksa itu; maka buraksa pun hendak melepaskan dirinya, tiada boleh lagi 13). Setelah itu maka ditendanglah oleh kuda janggi itu kira-kira dua tiga kali. Maka Indera Bangsawan pun segera turun lalu diparangnya dengan pedangnya. Maka buraksa itu pun matilah. Maka Indera Bangsawan segera mengiris hidungnya yang tujuh dan matanya yang tujuh itu. Setelah itu maka dicocoknya seperti bantai tenggiling. Demikiahlah diperbuatnya oleh Indera Bangsawan.
Setelah itu lalu ia naik ke atas kudanya, sambil ia berkata, "Tinggallah tuan putri dengan selamat sempurnanya." Setelah itu maka dipacunya kudanya, sehingga dengan sesaat itu juga, ia pun gaiblah di padang itu.
Syahdan maka tuan putri pun ternganga-ngangalah, seraya pikirnya, "Indera Bangsawan gerangan itu, maka dapat ia membunuh buraksa."
Setelah dilihat oleh anak raja-raja sembilan orang itu, bahwa buraksa itu datang, maka gementarlah segala anggotanya. Tetapi setelah dilihatnya buraksa itu sudah mati, maka ia pun datang berebut hendak mengerat hidungnya dan mengambil matanya.
Setelah dilihatnya mata dan hidungnya itu tiada lagi, maka masing-masing pun mengerat telinganya, ada yang mengerat tangannya dan kakinya akan jadi tanda, lalu dibawanya kepada baginda.
Setelah sampailah, maka ia pun terlompat-lompat, sambil mengatakan, "Patiklah yang membunuh buraksa itu." Seorang demi seorang demikian juga katanya.
Maka titah baginda itu, "Hai anakku sekalian, janganlah engkau berbantah-bantah dan hendaklah bawa ke mari tandanya itu."
Kalakian maka masing-masing pun memberikan tanda buraksa itu. Maka dilihat oleh baginda tiada matanya dan tiada hidungnya ketujuhnya. Maka titah baginda, "Seorang pun tiada yang membunuh buraksa itu, karena ini bukan alamatnya!"
Maka anak raja-raja yang sembilan itu pun berdiam dirilah dengan kemalu-maluan.
(Hikayat Indera Bangsawan).
Download Hikayat ini, KLIK di sini
Keterangan
1. Buluh yang berhikmat, yg mempunyainya disayangi orang (buluh itu menimbulkan rindu)
2. Garuda
3. Binatang yang dahsyat dalam hikayat-hikayat.
4. Asalnya: arah dan kian; selanjutnya, setelah itu
5. Tempat air; jambang.
6. Zenggi. Lihat Johar Manikam dilarikan zenggi". Janggi dipakaijuga untuk menyatakan ajaib, luar biasa, hebat.
7. Bela ialah hal perempuan turut dibakar dengan suaminya. Kemudian berarti balasan; membela bapak = membunuh orang yang membunuh bapak
8. Sahadan, sahdan. Menurut Kamus v.d. W. asalnya "saha" (perkataan Jawa, yang artinya "dan") dan perkataan Melayu "dan" menurut Wilkinson perkataan Arab, akan tetapi kamus Aiab tidak ada memuatnya.
9. Sekarang dipakai juga bertamasya atau tamasya dengan arti melihat-lihat tamasya, misalnya bertamasya atau tamasya ke Bali.
10. Kubad, nama raja Parsia. Syahrial asalnya Syaharyar (Persia), artinya raja kota. Kobat Syahrial dipakai juga sebagai nama kerajaan dalam hikayat-hikayat Melayu. Sebagai nama raja dalam "Hikayat Syah Kubad".
11. Bunga teratai.
12. Tamu; tanam-tanaman, bangsa kunyit; misalnya tamu (temu) lawak
13. Sekarang biasanya disebut; tiada dapat lagi. Tiada boleh artinya sekarang biasanya tidak diizinkan. Boleh asal oleh; beroleh = mendapat
0 comments:
Post a Comment