MALAM TERAKHIR
(Sotoba Komachi)
Karya : Yukio Mishima
Diterjemahkan oleh Toto Sudarto Bachtiar
Para Pelaku :
PEREMPUAN TUA
PENYAIR
Laki-Laki Pertama
Laki-Laki Kedua
Laki-Laki Ketiga
Perempuan Pertama
Perempuan Kedua
Perempuan Ketiga
Agen Polisi
Beberapa Penari
Beberapa Pasangan Kekasih
Beberapa Pengemis
Beberapa Pelayan Rumah Makan
PEREMPUAN TUA
Satu ditambah satu, dua, dua ditambah dua lagi, empat… (Dia memegang sebuah puntung rokok di bawah cahaya lampu, danketika dilihatnya rokok itu masih cukup panjang, dia kemudian pergi menuju pasangan kekasih di sebelah kirinya untuk meminta api. Sesudah itu dia duduk lagi dan mengisap rokoknya. Setelah beberapa isap dia memadamkan lagi sigaretnya, dan melemparkannya ke samping puntung-puntung rokok lainnya di atas sehelai kertas Koran. Kemudian dia mulai menghitung lagi) Satu ditambah satu, dua; dua ditambah dua, empat…
PENYAIR : (Pergi berdiri di belakang perempuan tua itu dan memperhatikan apa yang sedang dilkukannya)
PEREMPUAN TUA
Kau mau merokok ? Silakan.
PENYAIR
Terima kasih.
PEREMPUAN TUA
Masih ada keperluan lainnya ? Mungkin ada yang ingin kau sampaikan ?
PENYAIR
Tidak. Tidak begitu penting soalnya.
PEREMPUAN TUA
Aku tahu kau siapa. Kau seorang penyair. Itulah keahlianmu.
PENYAIR
Rupanya kau tahu betul keadaanku. Ya, sekali-sekali aku menulis sajak. Tentu. Tetapi itu bukan bisnis, bukan perusahaan.
PEREMPUAN TUA
Begitu pendaptmu? Pasti karena kau tidak bisa menjual sajak-sajakmu, bukan? Kau masih muda, bukan? Tetapi kau tidak akan lama lagi hidup. Tampak malaikat maut sudah tercoreng di atas keningmu.
PENYAIR
Apa pekerjaanmu di masa yang lalu? Peramal? Dapatkah kau meramal melalui garis tangan, melalui kerut-kerut pada muka?
PEREMPUAN TUA
Mungkin… Aku melihat begitu banyak manusia dalam hidupku, sehingga muka mereka itu tidak bicara apa-apa lagi kepadaku… Duduklah! Aku kira kau sudah tidak begitu tetap lagi berdiri.
PENYAIR
Ini disebabkan karena aku baru saja minum-minum.
PEREMPUAN TUA
Eh… Selagi kau masih hidup kau harus berdiri dengan kedua kakimu di atas tanah.
PENYAIR
Dengarlah, ada sesuatu yang sangat ingin kuketahui selama ini, sehingga terpaksa aku harus menanyakannya padamu. Mengapa kau saban malam dating ke mari pada waktu yang sama dan mengusir semua pasangan itu dari bangku mereka?
PEREMPUAN TUA
Bangku itu bukan milikmu sendiri, bukan? Mau apa kau sebenrnya? Apakah kau seorang pengembara? Apakah kau harus meminta sedekah kepada orang-orang yang duduk di sini?
PENYAIR
Tidak. Tetapi bangku itu tidak bisa menyampaikan kejengkelannya. Karena akulah yang harus menyampaikannya untuk dia.
PEREMPUAN TUA
Aku tak pernah mengusir orang. Mereka dengan sendirinya pergi menjauh kalau aku duduk di sini. Lihat saja, bangku ini bisa diduduki oleh empat orang.
PENYAIR
Malah hari bangku-bangku itu untuk orang-orang yang sedang berkasih-kasihan. Kalau aku malam-malam melewati taman ini dan pada setiap bangku aku melihat pasangan semacam itu duduk di atasnya, dalam hatiku aku selalu merasa bukan main tenteramnya. Kalau aku melewati mereka maka aku berjalan dengan bersijingkat. Bahkan kalau aku merasa letih, atau tiba-tiba aku kehilangan ilham, sehingga aku mau duduk untuk mengumpulkan gagasan-gagasanku, akupun tidak melakukannya. Karena rasa hormatku kepada… Tetapi kau langsung saja duduk. Telah berapa lama sebenarnya kau biasa datang ke mari?
Ingin baca lengkap naskah?
Download? KLIK di sini
0 comments:
Post a Comment