HIKAYAT
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Hikayat umumnya mengisahkan kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Beberapa Contoh Hikayat
(1) Hikayat Abdullah
Hikayat Abdullah bisa dikatakan merupakan sebuah otobiografi. Hal ini membuat hikayat ini istimewa dalam khazanah Sastra Melayu. Karya sastra ini ditulis pada pertengahan abad ke-19. Abdullah yang bernama lengkap Abdullah bin Abdulkadir Munsyi adalah seseorang dari keluarga terpelajar. Ia merupakan seorang keturunan Arab, dari Yaman. Leluhurnya adalah guru agama dan guru bahasa Arab yang menetap di India Selatan, lalu beristrikan seorang Tamil. Lalu mereka pindah ke Malaka.
Abdullah sendiri juga lahir dan tinggal di Malaka. Istrinya juga seorang keturunan Tamil. Ayah Abdullah adalah seorang narasumber Marsden, pakar bahasa Melayu dari Britania Raya.
Abdullah banyak menceritakan hal-hal yang menarik dari paruh pertama abad ke 19. Misalkan mengenai kota Malaka dan Singapura, beberapa tokoh seperti John Stamford Raffles, Lord Minto, Farquhar dan Timmerman Thijssen. Selain itu ia banyak sekali menceritakan tentang kehidupan sehari-hari bangsa Melayu kala itu.
Pengarang ini juga dikenal karena suka menulis karya sastra didaktis yang penuh dengan nasihat-nasihat.
Hikayat-hikayat yang lain:
-. Hikayat Hang Tuah (klik di sini)
(2) Hikayat Kalila dan Daminah
Hikayat Kalila dan Daminah adalah sebuah hikayat dalam bahasa Melayu yang merupakan sebuah terjemahan dari bahasa Arab. Tetapi karya sastra ini bukanlah sebuah karangan asli dalam bahasa Arab pula, melainkan sebuah terjemahan dari bahasa Persia Kuna. Karangan dalam bahasa Persia Kuna ini pada gilirannya merupakan terjemahan dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta karya sastra ini disebut Panca Tantra.
Hikayat ini merupakan sebuah cerita bingkai dan kisah-kisah yang diceritakan dalam hikayat ini banyak menampilkan hewan-hewan dan binatang sebagai tokoh cerita.
Dalam hikayat ini disebut bahwa pengarangnya bernama Baidapa. Konon nama ini merupakan sebuah bentuk yang sudah rusak dari nama Sansekerta Widyapati yang bisa diartikan sebagai "Raja Ilmu Pengetahuan". Sedangkan judul hikayat Kalila dan Daminah konon merupakan sebuah bentuk rusak dari Karna dan Damanataka.
(3) Hikayat Amir Hamzah
Adalah seorang raja di Medain, bernama Kobad Syahriar. Sedang perdana menteri kerajaan itu bernama Khawajeh Alqasy. Perdana menteri ini bersahabat karib dengan seseorang yang bernama Bakhti Jamal. Bermula persahabatan dua orang inilah cerita Amir Hamzah dimulai.
Suatu hari, Kawajeh memberi tahu sahabatnya, Bakhti Jamal bahwa temannya itu akan mendapat celaka. Untuk menghindari azab itu, Bakhti Jamal harus tingal di dalam rumah selama 40 hari. Dan sebagai orang yang sangat percaya dengan sahabatnya, Bakhti Jamal melakukan hal yang disarankan sahabatnya tersebut.
Tetapi, pada hari ke-39, Khawajeh mengajak Bakhti berjalan-jalan. Sebenarnya Bakhti sudah curiga, karena Khawajeh menganjurkan ia tinggal di dalam rumah selama 40 hari, tetapi mengapa pada hari ke-39 sahabatnya mengajaknya berjalan-jalan ke luar rumah. Tetapi karena Bakhti percaya bahwa Khawajeh adalah sahabatnya, maka menurut pulalah Bakhti.
Entah karena apa, Bakhti Jamal tiba-tiba menemukan harta karun yang sangat banyak. Dan seperti yang pernah ia khawatirkan sebelumnya, ternyata persahabatan Khawajeh tidak tulus. Karena menginginkan harta karun itu, Khawajeh membunuh Bakhti. Sebelum meninggal, Bakhti berpesan kepada Khawajeh yang curang itu agar menjaga istrinya yang sedang hamil dan anaknya yang akan lahir. Sebagai wujud sesalnya, Khawajeh pun menyanggupi permohonan sahabatnya yang telah dibunuhnya itu.
Akhirnya janda Bakhti melahirkan seorang anak yang diberi nama Buzur Jamir. Buzur Jamir adalah seorang anak yang cerdas. Ketika baru berusia sembilan tahun, ia sudah menamatkan pelajarannya dan jadilah ia seorang ahli nujum. Karena profesinya inilah ia menjadi tahu pula siapa yang sebenarnya telah membunuh ayahnya. Khawajeh sangat takut mengetahui hal itu dan berencana menghabisi Buzur Jamir melalui perantaraan orang lain. Tetapi orang suruhan itu tidak jadi membunuh Buzur dan hanya menyembunyikannya saja.
Dan pembalasan pun datang. Suatu ketika, raja Kobad Syahriar bermimpi. Sebaai seorang perdana menteri, dipanggilnyalah Khawajeh untuk menafsirkan mimpi raja. Ternyata Khawajeh tidak dapat menafsirkan mimpi itu. Maka raja pun memanggil Buzur sebagai seorang nujum. Dengan rinci Buzur menjelaskan makna mimpi sang raja. Lewat perjumpaan dengan raja itulah Buzur mengadukan semua yang dialami dan menimpa almarhum ayahnya yang telah dibunuh oleh Khawajeh. Maka murkalah raja kepada Khawajeh dan menyuruhnya untuk dihukum mati. Seluruh harta ayahnya yang telah dirampas oleh Khawajeh dikembalikan kepada Buzur. Tidak hanya itu saja, Buzur akhirnya diangkat menjadi perdana menteri di Medain, menggantikan Khawajeh.
Sejak saat itu pulalah Buzur selalu menjadi penasihat raja. Buzur meramal bahwa Raja akan mendapat seorang putera dan sebaiknya dimakai Nusyirwan. Buzur meramal juga bahwa musuh akan datang dari Arab, sehingga raja memerintahkan untuk membunuh semua perempuan yang sedang hamil.
Nun di tempat lain, di Mekah, adalah seorang yang bernama Abdul Muthalib yang memperoleh seorang putra dan diberi nama Amir Hamzah. Sedangkan bujangnya, Omayya al-Damri juga mendapat seorang anak yang dinamainya Amir ibn Omayya. Buzur yang mendapat tugas dari raja untuk membunuh semua perempuan hamil dan bayi yang baru lahir tidak tega membunuh dua bayi itu. Bahkan dalam pengelihatannya, kedua bayi itu akan menjadi orang besar. Maka kedua bayi itu tidak dibunuhnya.
Waktu berlalu. Raja Kobad mangkat dan digantikan oleh Nusyirwan putranya. Amir Hamzah (Hamzah) dan Amir ibn Omayya (Amir) mulai beranjak dewasa. Mereka berdua belajar memanah. Suatu ketika mereka berdua berhasil menyelamatkan upeti Mekah yang dikirim kepada raja Nusyirwan. Penyamun yang akan merampas upeti itu akhirnya menyerah pada Hamzah dan menjadi pengiring Hamzah yang setia.
Hamzah jatuh hati pada puteri raja Nusyirwan. Nama putri itu Mihrnigar. Putri itu pun jatuh cinta kepadanya. Ketika mereka berdua sedang bercumbu di dalam istana, Raja Nusyirwan melihatnya. Maka murkalah raja dan berencana menangkap Hamzah. Berbagai macam cara ditempuh untuk membunuh Hamzah. Berbagai tipu muslihat dicoba, tetapi Hamzah berhasil lolos. Pernah raja mengumpankan anaknya. Tetapi putrinya justru tertawan oleh Hamzah. Dan pada hari ketiga, kedua putri raja itu diantar kembali ke istana.
Begitulah hikayat ini kemudian secara panjang lebar mengisahkan perjalanan Hamzah yang menolong Azra memerangi Ifrit. Hamzah yang diberi hadiah topi ajaib Sulaiman oleh Azra. Hamzah yang ditangkap oleh Herba Diw, anak Ifrit tetapi akhirnya berhasil membunuhnya. Dan akhirnya Hamzah yang berhasil menikahi Azman, kemenakan raja. Demikianlah hikayat Amir Hamzah. Hikayat ini merupakan hikayat perang yang sangat digemari. Ceritanya sangat panjang. Cerita Amir Hamzah ini semakin berkembang oleh orang Parsi yang sangat hormat pada Amir Hamzah. Hikayat ini juga tersebar di wilayah nusantara dengan versi bahasa daerah masing-masing.
(4) Hikayat Pandja Tanderan
Hikayat Panca Tanderan, atau kadangkala dieja sebagai Hikayat Panja Tanderan, adalah sebuah hikayat dalam bahasa Melayu yang dikarang oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Hikayat ini diterjemahkannya dari bahasa Tamil pada tahun 1835 dan merupakan sebuah gubahan Pancatantra (Pañcatantra) dalam bahasa Melayu, seperti bisa dilihat dari nama judul hikayat ini.
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi sendiri adalah seorang Muslim, tetapi ia juga seorang keturunan Tamil dan masih fasih berbahasa nenek moyangnya.
Isi cerita mirip dengan hikayat Kalila dan Damina, namun versi ini lebih dekat kepada aslinya dalam bahasa Sansekerta karena gubahan ini merupakan terjemahan dari sebuah versi dalam bahasa Tamil dan bukan dari bahasa Arab. Versi dalam bahasa Tamil ini dekat induknya karena berasal dari lingkup budaya Hindu yang masih sama dengan lingkup budaya yang menghasilkan Pañcatantra.
Dari hikayat ini, ada satu naskah yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dan selesai ditulis di Malaka pada tanggal 12 Oktober 1835.
Dalam hikayat ini diceritakan, Di negeri Padalipurwan, tanah Hindustan, memerintahlah seorang raja bernama Sukadarma. Beliau memiliki empat orang putra yang sangat dungu-dungu dan tidak mau menurut nasihat orang tua. Maka sangat masygullah hati Sri Paduka dan berdukacitalah beliau akan kelakuan mereka.
Maka pada suatu hari, tatkala Sri Paduka dihadap oleh para menteri dan pembesar kerajaan semuanya, adalah seorang brahmana bernama Sumasingha yang sanggup untuk mendidik putra-putranya. Maka sangat bersukacitalah Sri Baginda Sukadarma akan tawarannya. Maka dihantarkanlah sang brahmana segala anugerah dan kurnia kerajaan.
Syahdan mengajarlah sang brahmana keempat putra dungu tersebut. Namun sebagai seorang bijaksana, mereka tidak diwajibkan belajar ilmu pengetahuan biasa. Akan tetapi beliaupun bercerita. Ceritanya adalah lima (panca) cerita yang dibagi-bagi menurut ilmunya (tandera, tantra) dan disisipi cerita-cerita hewan dalam sebuah cerita bingkai.
Judul lima buku ini adalah:
• Matrapanam (dalam bahasa Sansekerta: Mitrabheda)..
• Sakralaum (dalam bahasa Sansekerta: Mitraprâpti).
• Sandi Bikraum (dalam bahasa Sansekerta: Sandhi Vigraha).
• Artanasam (dalam bahasa Sansekerta: Labdhanâśa).
• Sambi Rica Karium(dalam bahasa Sansekerta: Aparîksitakâritva)
Maka setelah para putra habis diberi pengajaran, mereka semua menjadi pandai dan sang brahmana diberi segala anugerah dan kurnia mulia oleh Sri Paduka.
4 comments:
your blog is good
kok ga bisa di copy siih ? :((
bagus tuch bwt tgs cklh, tp syng g' bs d copy,,,,,
tolong donk bisa di copy paste ....
butuh pisan ...
Post a Comment