Puisi Kuntowijoyo
Kelahiran
Setelah benih disemaikanDi pagi pupus menggeliat
Bayi meninggalkan rahim
Memaklumkan kehadiran
Cempaka di jambangan
Menyambut bidadari
Turun memandikan
Bahkan hari menanti
Sampai selesai ia mengeluskan jari
Merestu kelahiran
Membungkus dengan sari
Mendendangkan kehidupan
Para perempuan
Berdandan serba kuning
Pucuk mawar di tangan
Duduk bersila
Menggumam doa-doa
Hari yang semalam dikuburkan
sudah tiba kembali
Selalu kelahiran baru
Perjalanan ke Langit
Bagi yang merindukan
Tuhan menyediakan
Kereta cahaya ke langit
Kata sudah membujuk
Bumi untuk menanti
Sudah disiapkan
Awan putih di bukit
Berikan tanda
Angin membawamu pergi
Dari pusat samudera
Tidak cepat atau lambat
Karena menit dan jam
Menggeletak di meja
Tangan gaib mengubah jarum-jarumnya
Berputar kembali ke-0
Waktu bagi salju
Membeku di rumputan
Selagi kaulakukan perjalanan.
In Memoriam: Yang Terbunuh
Sekali, hutan tidak menumbuhkan pohon
Burung melayap-layap, terbakar bulu-bulunya
Bumi mengaduh, menggapai bebannya
Pemburu tidak pulang sesudah petang tiba
Lampu malam dipetik dari gunung api.
Malaikat di angkasa menyilang tangan di dada
Menyesali dendam yang tumpah
Memalingkan muka tiap kali darah menetes di tanah.
"Mengapa kaubunuh saudara kandungmu?"
Engkau Sukma
Sukmamu bangkit
Bagai bianglala
Berdiri
Di cakrawala
Merenda siang dalam impian
Gemerlap warna-warni benang sutra.
Badai tidak datang
Angin pulang ke pangkalan
Istirahat panjang.
Langit menyerah padamu
Menggagalkan lingkaran
Surya kabur kembali ke timur.
Sepi.
Hanya napasmu yang tenang
Terdengar bagai nyanyian.
Sesampai di ujung
engkau menengadah ke langit
kekosongan yang lembayung
Ayolah, Ruh
tiba saatnya
engkau menyerahkan diri
Sunyi mengantarmu ke kemah
di balik awang-uwung
di mana engkau istirahat
sesudah perjalanan yang jauh
0 comments:
Post a Comment