POTRET TUKANG SAMPAH
Eka Budianta
Dengan perut lapar dan harapan kosong
Aku menelanmu, Jakarta
Kukunyah-kunyah sebuah mikrolet tua
Onggokan sampah telah jadi menu utamaku
Roda gerobak adalah sendok dan garpu
Tuhan, jangan beri aku uang
Baunya lebih kecut ketimbang sampahku
Mendingan di bayang-bayang pohon mangga
Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu
Untukmu, Jakarta
Untuk pengemudi bajaj, penyalur genteng
Dan pedagang kakilima
Jakarta, seribu tahun genap sudah
Engkau masih compang-camping, luka-luka
Tangis bayi dan jerit wanita di mana-mana
Bianglala di atas perkampungan
Bikin cinta terbakar dalam perut lapar
1 comments:
euy puisi nya dh di copas ama situs NA9A.com
Post a Comment