Mengenal Mantra
Salah satu puisi lama adalah mantra. Mantra bisa diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.
Dalam sastra Melayu lama, kata lain untuk mantra adalah jampi, serapah, tawar, sembur, cuca, puja, seru dan tangkal. Mantra termasuk dalam genre sastra lisan yang populer di masyarakat Melayu, sebagaimana pantun dan syair. Hanya saja, penggunaannya lebih eksklusif, karena hanya dituturkan oleh orang tertentu saja, seperti pawang dan bomoh (dukun). Menurut orang Melayu, pembacaan mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib untuk membantu meraih tujuan-tujuan tertentu.
Secara umum, mantra dapat dibagi ke dalam empat jenis berdasarkan tujuan pelafalannya, yaitu: (1) mantra untuk pelindung diri; (2) mantra pengobatan; (3) mantra untuk pekerjaan; dan (4) mantra adat-istiadat
Dari segi bentuk, mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata dalam setiap baris.
Dari segi bahasa, mantra biasanya menggunakan bahasa khusus yang sukar dipahami. Adakalanya, dukun atau pawang sendiri tidak memahami arti sebenarnya mantra yang ia baca; ia hanya memahami kapan mantra tersebut dibaca dan apa tujuannya.
Dalam sastra Melayu lama, kata lain untuk mantra adalah jampi, serapah, tawar, sembur, cuca, puja, seru dan tangkal. Mantra termasuk dalam genre sastra lisan yang populer di masyarakat Melayu, sebagaimana pantun dan syair. Hanya saja, penggunaannya lebih eksklusif, karena hanya dituturkan oleh orang tertentu saja, seperti pawang dan bomoh (dukun). Menurut orang Melayu, pembacaan mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib untuk membantu meraih tujuan-tujuan tertentu.
Secara umum, mantra dapat dibagi ke dalam empat jenis berdasarkan tujuan pelafalannya, yaitu: (1) mantra untuk pelindung diri; (2) mantra pengobatan; (3) mantra untuk pekerjaan; dan (4) mantra adat-istiadat
Dari segi bentuk, mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata dalam setiap baris.
Dari segi bahasa, mantra biasanya menggunakan bahasa khusus yang sukar dipahami. Adakalanya, dukun atau pawang sendiri tidak memahami arti sebenarnya mantra yang ia baca; ia hanya memahami kapan mantra tersebut dibaca dan apa tujuannya.
Dari segi penggunaan, mantra sangat eksklusif, tidak boleh dituturkan sembarangan, karena bacaannya dianggapa keramat dan tabu. Mantra biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau pawang, kemudian diwariskan kepada keturunan, murid ataupun orang yang ia anggap akan menggantikan fungsinya sebagai dukun.
Kemunculan dan penggunaan mantra ini dalam masyarakat Melayu, berkaitan dengan pola hidup mereka yang tradisional dan sangat dekat dengan alam. Oleh sebab itu, semakin modern pola hidup masyarakat Melayu dan semakin jauh mereka dari alam, maka mantra akan semakin tersisihkan dari kehidupan mereka.
1. Mantra Pelindung Diri
Mantra yang digunakan untuk menjaga diri sering juga disebut penangkal, tangkal atau azimat, biasanya dibacakan pada benda tertentu. Setelah pembacaan mantra, benda tersebut diyakini akan memiliki kekuatan gaib yang mampu melindungi pemakainya. Jadi, bisa disimpulkan bahwa, pembacaan mantra pada benda tertentu yang akan dijadikan tangkal merupakan bagian dari cara untuk mentransformasikan energi atau kekuatan ke dalam benda tersebut. Selanjutnya, kekuatan yang terkandung dalam benda tersebut akan melindungi pemakainya Tangkal atau penangkal ini merupakan bagian dari upaya orang Melayu untuk mengatasi tantangan internal dan eksternal yang mereka hadapi, dan jenisnya cukup banyak di antaranya: (1) penahan atau penguat; (2) pelindung; (3) penunduk (4) pemanis dan pengasih (5) pembenci.
Berikut contoh mantra pelindung diri untuk penahan kulit
Kejang aku kejang rungkup
Kejang tunjang tengah laman
Kebal aku kebal tutup
Terkucap kulit tak berjalan
Terkunci terkancing tak mara
Hai hai, anak datuk laut
Nyalah engkau, pergilah
Jikalau engkau tidak pergi
Aku pukul dengan ijuk tunggal
Dengan ijuk pusaka
Aku sekal kepalamu
.............
Mantra Penunduk BuayaKejang tunjang tengah laman
Kebal aku kebal tutup
Terkucap kulit tak berjalan
Terkunci terkancing tak mara
Hai hai, anak datuk laut
Nyalah engkau, pergilah
Jikalau engkau tidak pergi
Aku pukul dengan ijuk tunggal
Dengan ijuk pusaka
Aku sekal kepalamu
.............
Hai si jambu rakai
Sambutlah
Pekiriman putri
Runduk di gunung
Ledang
Embacang masak sebiji bulat
Penyikat tujuh penyikat
Pengarang tujuh pengarang
Diorak dikembang jangan
Kalau kau sambut
Dua hari jalan ketiga
Ke darat kau dapat makan
Ke laut kau dapat aku
Aku tau asal kau jadi
Tanah liat asal kau jadi
Tulang buku tebu asal kau jadi
Darah kau gila, dada kau upih
Sambutlah
Pekiriman putri
Runduk di gunung
Ledang
Embacang masak sebiji bulat
Penyikat tujuh penyikat
Pengarang tujuh pengarang
Diorak dikembang jangan
Kalau kau sambut
Dua hari jalan ketiga
Ke darat kau dapat makan
Ke laut kau dapat aku
Aku tau asal kau jadi
Tanah liat asal kau jadi
Tulang buku tebu asal kau jadi
Darah kau gila, dada kau upih
2. Mantra Pengobatan
Berkembangnya mantra-mantra dalam sistem pengobatan Melayu berkaitan erat dengan persepsi mereka terhadap makna penyakit. Menurut mereka, penyakit tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor nyata, tapi terkadang juga disebabkan oleh faktor/hal yang tidak nyata atau gaib. Dalam konteks ini, keberadaan mantra berfungsi sebagai pemutus hubungan antara penyakit dengan faktor gaib yang menjadi penyebabnya. Selain itu, pembacaan mantra juga diyakini dapat memperkuat keampuhan dan efektifitas obat, sehingga proses pengobatan yang berlaku selalu diawali dengan pembacaan mantra pada obat-obat yang akan diminum. Orang yang berwenang atau memiliki otoritas untuk membaca mantra adalah dukun atau bomoh yang telah mendapat kepercayaan dari masyarakat.
3. Mantra untuk Pekerjaan
Mantra jenis ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan, biasanya dibaca ketika akan memulai pekerjaan. Mantra pekerjaan jumlahnya lebih sedikit dibanding mantra pakaian dan pelindung diri, dan terkadang, terjadi juga tumpang tinding antara kedua jenis mantra ini, sehingga mantra pelindung diri dipakai untuk mempermudah pekerjaan. Sebagai contoh, seseorang sering membaca mantra ‘pemanis’ dengan harapan orang lain akan senang kepadanya, sehingga pekerjaan jadi mudah dan lancar. Pekerjaan yang dibacakan mantra biasanya berkaitan dengan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, seperti bercocok tanam, berburu, berniaga, melaut dan lain sebagainya.
Dalam pandangan hidup orang Melayu, ada keyakinan bahwa tanah, air, matahari, bulan, tanaman, binatang, jin dan makhluk/benda lainnya memiliki semangat (spirit). Untuk itu, diperlukan pembacaan mantra agar semangat benda atau makhluk tersebut tetap positif bagi manusia.
Contoh mantra jenis ini misalnya (a) mantra semangat padi, (b) mantra untuk tanaman jagung, (c) mantra menanam benih, (d) mantra pengusir hama tikus, dll.
Contoh mantra jenis ini misalnya (a) mantra semangat padi, (b) mantra untuk tanaman jagung, (c) mantra menanam benih, (d) mantra pengusir hama tikus, dll.
Download materi ini? Silakan klik di sini
6 comments:
terimakasih atas artikelnya :D
good posting...
thank's a lot
SIIP.......
saya ingin bertanya, saya kesulitan dalam pengerjaan tesis saya. teori siapa yang membahas tentang mantra lebih dalam. saya kuliah di jurusan bahasa dan sastra indonesia
saya ingin bertanya, saya kesulitan dalam mengerjakan tesis saya tentang struktur, fungsi dan makna mantra. teori siapa yang membahas tentang struktur mantra? mohon bantuannya..
kurang paham .. sebenarnya, mantra itu puisi lama atau jampi-jampi sihh ?????
Post a Comment