Friday, July 02, 2010

Esai - Analisis Cerpen Dua Dunia

Aspirasi Feminisme dalam Novel Dua Dunia karya Nh. Dini

Cerita pendek Dua Dunia menceritakan kisah perjuangan Iswanti, seorang janda muda dengan satu anak. Dalam keadaan sakit, dia harus berjuang untuk mencari nafkah dan mempertahankan putri semata wayangnya, Kanti, agar tidak jatuh ke tangan bekas suaminya, Darwo. Penderitaan Iswanti sudah bermula ketika dia masih di bawah tanggung jawab orang tuanya, yaitu ketika dia harus mengerjakan tugas-tugas berat yang bukan menjadi tanggung jawabnya. Didikan dan perlakuan dari orangtuanya yang menganut paham patriarki membawanya dari penderitaan hidup yang satu ke penderitaan hidup yang lain. Perbuatan ibunya yang tidak bertanggung jawab dan suami hasil pilihan orang tuanya, membuat kesengsaraannya semakin berkepanjangan. Semenjak awal kehamilannya, dia harus menghadapi kenyataan bahwa suaminya berselingkuh di depan matanya sementara ibu mertua selalu menistanya. Sebagai wanita, bukan hanya dari orang tua tetapi juga dari suami dan ibu mertua yang menganut paham patriarki, Iswanti menuai penderitaan.

Dalam cerita pendek Dua Dunia Nh. Dini mengajukan protes terhadap pendidikan orang tua terhadap anak perempuannya yang mengacu pada ajaran adat Jawa yang dinilainya hanya berorientasi pada kepentingan laki-laki. Menurut Nh. Dini tujuan orang tua mendidik anak perempuannya menjadi manusia yang berarti bagi keluarganya atau membawa kebesaran bagi nama keluarga adalah bukan mendidik anak untuk menuruti semua perkataan orang tua dan tanpa mempunyai pendapat sendiri atau tidak memberi kesempatan anak menentukan pilihannya sendiri karena orang tua juga bisa melakukan kesalahan. Dengan didikan yang salah tersebut akhirnya anak yang mengetahui apa yang benar tidak bisa berbuat apa-apa untuk meluruskan kesalahan karena diajarkan untuk selalu menuruti perkataan orang tua atau diajarkan untuk tidak membantah perkataan orang tua.

Dalam Dua Dunia, si anak perempuan yang bernama Iswanti tidak berani berbuat sesuatu untuk menyadarkan ibunya dari kesalahannya, yaitu berjudi dan menelantarkan keluarganya atau melaporkan perbuatan ibunya kepada ayahnya karena mungkin saja ibunya melarangnya untuk berbuat demikian. Karena ingin menjadi anak yang berbakti maka diapun menurut perintah ibunya. Pernikahan Iswanti dengan suami pilihan orang tuanya dapat saja dilandasi dengan kebutuhan orang tuanya akan uang akibat terbelit hutang di sana-sini. Pemikiran demikian didasari oleh perbuatan orang tuanya yang bersedia menerima uang tunjangan anak dari bekas suami Iswanti tanpa berkonsultasi dengannya atau memikirkan kebahagiaan cucu perempuan mereka. Jika demikian, maka kesalahan kembali dibuat oleh kedua orang tuanya, yaitu menikahkan anak perempuan mereka karena desakan ekonomi bukan karena memikirkan kebahagiaan anak.

Nh. Dini mencoba berargumentasi bahwa mempersiapkan anak perempuan menjadi manusia yang berarti bagi keluarganya atau membawa kebesaran bagi nama keluarga juga bukan berarti hanya mempersiapkan anak perempuan untuk menjadi istri dan ibu yang baik saja karena tujuan hidup perempuan bukan hanya untuk melayani suami dan menjadi ibu yang baik saja. Ada tujuan yang lebih mulia selain daripada itu. Definisi istri yang baik bukanlah istri yang bersedia menerima semua perkataan dan perlakuan suami walaupun menyakitkan hati. Sebaliknya istri juga perlu memikirkan kebahagiaannya sendiri. Dengan kata lain, istri berhak untuk mengajukan pendapatnya sendiri, tidak asal menurut suami demi mempertahankan perkawinan yang serasi [Djajanegara, 2000: 55-6,58,61]. Pendapat Nh. Dini ini tentu saja berlawanan dengan definisi istri yang baik versi masyarakat yang menganut paham patriarki dalam Perempuan di Titik Nol, yaitu bahwa istri yang baik harus dapat menyenangkan suami tanpa mempedulikan kesenangan dan hak-hak pribadinya [lihat Saadawi, 2000: xii-iv]. Menurut Nh. Dini sejalan dengan pemikiran Djajanegara dalam Kritik Sastra Feminis, Sebuah pengantar, membawa kebesaran bagi nama keluarga juga bukan berarti bahwa istri tidak boleh bercerai jika dia tidak tahan dengan sikap suaminya karena menurut Saadawi, perkawinan bukanlah penjara bagi wanita. Ditambahkannya, laki-laki tidak dapat menggunakan perkawinan sebagai alat untuk mengikat wanita sehingga laki-laki dapat menindas mereka [Saadawi, 2000: 126].

Dalam Dua Dunia, Nh. Dini mencoba menunjukkan dampak dari didikan orang tua yang salah, yaitu: Iswanti menjadi korban kesewenang-wenangan orang lain, dalam hal ini ibu kandung, suami dan ibu mertuanya. Dia tidak berani berbuat apa-apa untuk melepaskan diri dari intimidasi orang lain dan dia tidak dapat menunjukkan kemarahannya melihat perselingkuhan suami di depan mata. Dapat dikatakan, memberi didikan yang salah kepada anak sama dengan mengkebiri anak sehingga menjadi korban cemoohan dan hinaan orang lain. Anak akan menjadi pasif dan tidak dapat menghargai dirinya sendiri. Dia dapat mengahargai orang tua, suami dan orang lain tetapi dia sulit menghargai dirinya sendiri.

Lalu apakah definisi manusia yang berarti bagi keluarganya? Dalam kamus Nh.Dini, manusia yang berarti bagi keluarganya adalah manusia yang dapat menghargai dirinya sendiri dan orang lain. Tidak mau diperlakukan dan memperlakukan keluarganya dengan sewenang-wenang. Manusia yang berarti bagi keluarga adalah juga manusia yang dapat berguna bagi dirinya sendiri dan keluarganya sehingga kebahagiaan bersama dapat terwujud.

Nh. Dini juga memprotes tindakan orang tua yang membeda-bedakan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan karena anak perempuan juga mempunyai potensi dan hak yang sama dengan anak laki-laki. Beliau sangat yakin bahwa jika anak perempuan diperlakukan sama dengan anak laki-laki maka merekapun tidak akan dipermainkan oleh perkawinan nantinya dan akan mencapai kemandirian ekonomi, tidak harus bergantung kepada laki-laki. Kekerasan hidup yang dialami Iswanti sendiri adalah akibat kesalahan orang tuanya.

Kesalahan orang tua Iswanti lainnya adalah memfokuskan diri anak perempuan mereka untuk trampil mengerjakan tugas rumah tangga, termasuk mengasuh anak tanpa membekali dia dengan pendidikan yang memadai agar dapat berwawasan luas dan siap masuk dunia keja jika diperlukan. Ibu yang mempunyai wawasan luas dapat mendidik anaknya dengan lebih baik baik. Menurut saya, Nh. Dini tidak alergi dengan segala pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci dan mengasuh anak karena dalam Dua Dunia dtampilkan juga kerinduan wanita untuk melakukan itu semua.

Pesan yang saya tangkap dari Dua Dunia adalah bahwa anak laki-laki dan wanita harus dididik agar dapat menghargai satu sama lainnya. Pendidikan yang mereka dapatkan tidak membuat mereka merasa superior sehingga memperlakukan lawan jenisnya sebagai korban. Laki-laki dan perempuan seharusnya sama-sama memainkan perannya dengan cantik sehingga perjalanan hidup dapat dilalui dengan mulus sambil bergandeng tangan mengatasi tantangan hidup. Menurut saya, Nh. Dini dengan pengalaman internasionalnya mempunyai pemikiran yang begitu jauh. Beliau yakin bahwa kemajuan Indonesia akan cepat terwujud jika manusia laki-laki dan wanita sehati dan sepikir membangun negeri ini bersama-sama, bukan saling menjatuhkan. Dengan melihat kenyataan bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah wanita dan pendidik utama dalam keluarga adalah wanita maka tidak salah kalau Nh. Dini berjuang untuk memajukan wanita dan bahkan tidak segan-segan menunjukkan kemarahannya untuk menunjukkan apa yang diyakininya salah. Saya percaya bahwa Nh. Dini tentu sedih jika beliau mengetahui peistiwa ini.

Pernah terjadi di Indonesia. Ada sepasang suami istri yang berkarir sebagai polisi, Karir sang istri lebih melejit sehingga mempunyai pangkat yang lebih tinggi dari suaminya. Karena mempunyai tangung jawab yang lebih besar, sang istri harus berada di kantor lebih lama. Sang suami merasa tidak diperhatikan lalu mulailah timbul sakit hati.

Karena merasa kalah prestasi, sang suami tidak lagi berani mengutarakan isi hatinya kepada istrinya. Sebagai gantinya, dia menceritakan segala konfliknya kepada teman-teman sekampungnya. Komunikasi yang sehat dengan istri tidak berusaha dibangunnya. Semakin hari semakin menggunung kebenciannya dan akhirnya konflik batinnya diakhiri dengan tembakan tepat di kepala istrinya. Untuk sesaat, memang penderitaannya hilang tetapi muncul penderitaan lain bagi anak-anaknya yang masih kecil dan kebencian baru di pihak keluarga istrinya. Yang pasti, penderitaan lainnya telah siap menanti, yaitu kehidupan yang penuh derita di penjara.

Kita tidak tahu siapa yang salah dan tidak perlu mencari tahu siapa biang keladinya tetapi kita perlu bertanya apakah ini yang kita kehendaki?. Apakah Indonesia akan maju jika peristiwa seperti ini terus terjadi?

Jika disimak dengan benar, dapat disimpulkan bahwa apa yang hendak diangkat Nh. Dini pengarang wanita Jawa ini dalam Dua Dunia adalah wanita dan pria seharusnya dapat menjadi mitra yang baik. Penghalang yang menghadang adalah adanya tradisi patriarki yang mendudukkan pria di posisi lebih tinggi dari wanita sehingga wanita bukan menjadi mitra melainkan obyek dari pria. Pesan yang ingin disampaikan dikemas pengarang wanita Jawa ini dengan apiknya lewat kemarahan tokoh utama wanita yang juga bersuku Jawa. Penggunaan pemain utama yang sama-sama berlatar belakang masyarakat yang mengagungkan patriarki sengaja dilakukan untuk menajamkan pesan. Sekali lagi, apa yang diperjuangkan bukannya agar wanita dianggap lebih hebat dari laki-laki tetapi agar wanita diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki atau diperlakukan yang sama dengan laki-laki karena sebetulnya wanita mempunyai potensi yang sama dengan laki-laki.

Komunikasi harus dijalin,baik antara suami dan istri maupun antara orang tua dan anak perempuannya.jangan menganggap bahwa anak perempuan tidak mampu memberikan solusi bagi masalah keluarga.  Nh. Dini menganggap bukan masalah suami menjadi kepala rumah tangga tetapi harus betl-betul menjalankan fungsinya dengan baik. Suami istri merupakan satu, saling melengkapi karena suami bukan manusia sempurna yang dapat berbuat salah juga. Istri harus tahu kapan angkat bicara. Komunikasi 2 arah perlu dijalin seperti dalam Kelahiran. Untuk dapat menjadi mitra yang baik maka wanita perlu dihargai keberadaannya, diberi kesempatan untuk bicara.Wanita itu hargailah perasaannya. Berilah ruang lingkup bergerak yang lebih luas bukan hanya menjadi istri dan ibu yang baik, berguna bagi keluarga tapi juga mandiri secara finansial dan berguna bagi drinya sendiri. Dan masyarakat. Keluarga jangan egois. Wanita bukan hanya punya kewajiban tetapijuga hak secara seimbang.

Kemarahan yang ditonjolkan bukan diarahkan kepada orang laki-laki tetapi kepada perbuatan laki-laki yang menindas wanita. Nh. Dini ingin meyadarkan wanita bahwa kemarahan akibat ditindas bukan merupakan sesuatu yang negatif, sesuatu yang harus dihindari tetapi hendaknya menyadarkan wanita untuk bangkit dan menolong diri sendiri agar bebas dari penindasan.

Juga dapat disimpulkan bahwa Nh. Dini ingin menyadarkan pembaca atau masyarakat bahwa pembedaan status suami dan istri hanyalah menimbulkan penderitaan bagi wanita. Sudah waktunya bagi suami untuk berbesar hati mau berbagi kekuasaan dengan istri demi kebahagiaan keluarga. Nh. Dini juga menekankan bahwa menjadikan istri sebagai obyek tidak menguntungkan suami tetapi malah merugikan karena istri tidak dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya semaksimal mungkin. Intinya, pengarang Jawa ini ingin membuka mata pembaca atau masyarakat bahwa lebih menguntungkan dan membahagiakan jika wanita dan pria menjadi patner daripada menjadi pesaing.

Yuli Christiana Yoedo
Fakultas Sastra UK Petra


Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis, Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Saadawi, Nawal el. 2000. Perempuan di Titik Nol (diterjemahkan oleh Amir Sutaarga). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Download postingan ini

0 comments:

Post a Comment

Download Novel Sastra
Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari) - Lintang Kemukus Dini Hari (Ahmad Tohari) - Jentera Bianglala (Ahmad Tohari) - Kubah (Ahmad Tohari) - Di Kaki Bukit Cibalak (Ahmad Tohari) - Bekisar Merah (Ahmad Tohari) - Siti Nurbaya (Marah Rusli) - Di Bawah Lindungan Kabah (Hamka) - Azab dan Sengsara (Merari Siregar) - Harimau-Harimau (Mochtar Lubis) - Supernova (akar - Dee) - Supernova (petir - Dee) - - Sengsara Membawa Nikmat (Tulis Sutan Sati) - Mantra Penjinak Ular (Kuntowijoyo) - Mangir (Pramoedya Ananta Toer) - Arok-Dedes (Pramoedya Ananta Toer) - Perburuan (Pramoedya Ananta Toer) - Kasih Tak Terlerai (Suman Hs) - Gadis Pantai (Pramoedya Ananta Toer) - Atheis (Achdiat Kartamiharja)


goesprih.blogspot.com Overview

goesprih.blogspot.com has 1.444.907 traffic rank in world by alexa. goesprih.blogspot.com is getting 761 pageviews per day and making USD 3.70 daily. goesprih.blogspot.com has 210 backlinks according to yahoo and currently not listed in Dmoz directory. goesprih.blogspot.com is hosted in United States at Google data center. goesprih.blogspot.com is most populer in INDONESIA. Estimeted worth of goesprih.blogspot.com is USD 2701 according to websiteoutlook