Sunday, September 18, 2011

Rindu di Pengujung Petang

Cerpen Rama Dira

Sumber: Suara Merdeka, 27 Maret 2011 & Suara Pembaruan, 27 Maret 2011

DI pengujung petang itu, lidah-lidah api jingga berkeretap liar, memangsa cepat sejengkal demi sejengkal badan kapal dongfengberbahan kayu milik Hosni Mubaroq. Dari kejauhan, orang-orang pulau yang bergegas mendekat belum bisa memastikan apakah juragan ikan itu ada dalam dongfeng yang tengah sandar di dermaga itu.
Hanya Hanafi yang mengetahui keberadaan Hosni Mubaroq di sana sebab dialah yang melemparkan dua botol bensin yang sudah tersulut sumbunya ke geladak kapal dongfeng itu, setelah ia melihat Hosni Mubaroq bergegas masuk ke sana, sehabis membeli sekantung makanan ringan dan sebotol topi miring dari warung kelontong Koh Jun sebagai kebiasaan yang selalu ia lakukan sehabis memborong ikan dari para nelayan, sebelum membawa ikan-ikan itu menyeberang ke kota.
Hanafi yakin, tak ada lagi celah bagi Hosni Mubaroq untuk selamat. Dalam bayangannya, Hosni Mubaroq sudah tamat, mungkin hanya tersisa abu kini. Hanafi menyeringai bangga. Ia puas telah menuntaskan misinya. Ia telah melenyapkan lelaki yang sudah berani mengganggu cinta murni Mak yang baru dua tahun ini ditinggal pergi Pak Hanafi, yang hilang setelah tergulung ombak lima meter di lautan lepas.
Bocah Hanafi tidak pernah menyalahkan Mak. Ia selalu yakin, jika Hosni Mubaroq yang telah beristri empat itu tak datang menggoda, Mak tak akan berani menistakan diri, mengkhianati cinta sehidup semati dengan Pak Hanafi. Hal yang semakin menguatkan keyakinan Hanafi untuk tak pernah menyalahkan Mak adalah kenyataan betapa berbagai cara telah dilakukan Hosni Mubaroq demi menundukkan hati dan cinta Mak Hanafi, termasuk mendatangi Mbah Juling, dukun yang terkenal dengan ilmu-ilmu hitam, terutama yang berkaitan dengan permasalahan kegagalan cinta.

Sebenarnya, tragedi pembakaran ini adalah puncak dari semuanya. Adalah sebuah kunjungan mencurigakan yang menjadi awal mula. Tak seperti biasa, di pengujung petang pada hari itu, Hosni Mubaroq, tidak langsung membawa dongfeng menyeberang ke kota. Dari dermaga, ia datang bertamu ke rumah Mak Hanafi. Tentu bukan pemandangan biasa itu. Meski sejak kedatangan pertama itu Hanafi sudah mengetahui ada gelagat tidak baik yang ditunjukkan oleh Hosni Mubaroq, Mak justru tidak memunculkan pikiran curiga.
Baru pada kunjungan kedua kali, Mak Hanafi mulai menaruh curiga setelah mengetahui Hosni Mubaroq datang tidak dengan tangan yang hampa. Ia membawa sekarung beras lima kilo, sebungkus gula, dan sebungkus kopi, serta selembar baju Sanghai bermotif bunga-bunga cantik. Sebagai janda beranak satu yang rentan menjadi gunjingan orang pulau, Mak Hanafi dengan tegas menolak pemberian itu hingga pemberian-pemberian selanjutnya yang semakin hari semakin mewah saja, sampai-sampai amarah Mak Hanafi memuncak hingga berujung pada pengusiran dengan sebilah golok di tangan. Betapa girang Hanafi melihat Hosni Mubaroq lari terbirit-birit. Ia pun bangga memiliki seorang Mak yang berprinsip teguh, sanggup mempertahankan cinta hanya pada seorang lelaki, dan menutup rapat-rapat kemungkinan celah yang bisa dimasuki laki-laki lain, meski dengan cara yang termasuk berlebihan sekalipun, dalam hitung-hitungan jika itu dilakukan oleh seorang perempuan.
Namun, sebuah kunjungan paling mencurigakan pada suatu petang yang lain, ditanggapi dengan begitu berbeda oleh Mak Hanafi. Dengan jelas, bocah Hanafi bisa melihat, Mak sama sekali tak merasa terganggu mengetahui Hosni Mubaroq yang ada di depan pintu. Dengan senyuman paling aneh yang pernah terpampang di wajahnya, Mak Hanafi mempersilakan lelaki itu masuk dan membuatkan segelas kopi manis serta menerima dengan suka cita semua oleh-oleh yang diberikan oleh Hosni Mubaroq untuknya.
Melihat kejadian paling aneh itu, Hanafi tak bisa berpikir jernih. Ia tidak segera bisa menemukan alasan masuk akal mengapa Mak berubah suka pada Hosni Mubaroq setelah sebelumnya berhasrat membunuh lelaki yang berencana ingin mengusik kemurnian cinta itu.
Terhitung lama, Hanafi mencoba menemukan sebab, mengapa Mak semakin lengket saja dengan Hosni Mubaroq. Sampai pada suatu pagi, bermaksud meminta sangu jajan untuk di sekolahan, bocah Hanafi justru menemukan Hosni Mubaroq dan Mak masih tertidur pulas dalam satu selimut di atas ranjang. Hatinya hancur melihat pemandangan menyakitkan itu. Hari itulah bocah Hanafi memutuskan berhenti sekolah. Menanggapi itu, Mak tak ambil pusing. Ini pula yang membuat Hanafi semakin tersiksa.
Tak berselang lama, Hanafi mendapatkan jawaban atas keanehan-keanehan yang menimpa Mak akhir-akhir ini. Melalui desas desus penuh aroma dan warna, Hanafi mendengar cerita mengenai adanya sihir cinta yang dikirim Hosni Mubaroq melalui jasa Mbah Juling. Karena tak begitu yakin dengan kebenaran desas desus itu, Hanafi menemui Mbah Juling dan segera menemukan kebenaran dari mulutnya bahwa memang Hosni Mubaroq telah meminta jasanya untuk menundukkan hati dan cinta Mak Hanafi. Detik itulah Hanafi tahu semata, bahwa seorang laki-laki telah merusak Mak. Sebagai pengganti bapaknya yang sudah tiada, Hanafi merasa wajib menyelamatkan Mak dari cengkeraman lelaki iblis itu. Mulailah ia dalam petualangan mencari cara untuk membuat Hosni Mubaroq tak lagi ada di sekitar mereka.
Mula-mula, ia selalu mengajak empat orang teman sepermainan dalam melakukan aksi-aksi jahil dengan misi membuat jera Hosni Mubaroq. Kali pertama, mereka segera mempersiapkan ketapel sebagai senjata andalan ketika melihat Hosni Mubaroq sudah mendekati kediaman mereka. Dari balik belukar bambu, masing-masing mereka membidikkan biji-biji rambutan sebagai peluru. Dalam sekali tarikan lewat aba-aba Hanafi, meluncurlah lima biji rambutan yang langsung saja mengenai badan tambun milik Hosni Mubaroq. Hosni Mubaroq tentu kesakitan. Karena serangan biji-biji rambutan itu tak henti-henti, ia tak jadi memastikan siapa yang berada di belukar bambu, yang usil mengarahkan biji-biji rambutan itu. Ia memutuskan untuk lari terbirit-birit, segera kembali ke kapaldongfeng. Tak bisa tidak, Hanafi dan kawan-kawan girang seketika itu juga, terbuai dalam aroma kemenangan, telah berhasil mengusir Hosni Mubaroq.
Aksi itu terus mereka lakukan selama beberapa hari kemudian, namun di beberapa hari lanjutannya, sepertinya Hosni Mubaroq sudah kebal dengan serangan biji-biji rambutan. Ia tetap melintas di jalan setapak depan belukar bambu itu hingga mencapai kediaman Mak Hanafi meski serangan biji rambutan terus bertubi-tubi. Rupanya, ia lari terbiritbirit kembali ke dongfeng pada hari pertama hanyalah sebagai pengaruh keterkejutan semata.
Selanjutnya, karena biji rambutan seperti tak lagi mempan, Hanafi dan kawan-kawannya memutuskan untuk mengganti peluru mereka dengan kerikil-kerikil tajam pada hari lain. Ketika sebuah kerikil tajam membuat bocor jidat Hosni Mubaroq dan menyebabkan darah mengucur deras keluar dari situ, Hosni Mubaroq tak lagi bisa menahan. Ia berlari geram menuju belukar bambu, bermaksud menangkap siapa yang melakukan aksi brutal itu. Bocah-bocah itu berlari berhamburan dan dalam hitungan tak berapa lama, Hosni Mubaroq bisa meraih salah satu dari mereka. Tak disangka, itu adalah Hanafi. Dan Hosni Mubaroq bukannya tidak tahu siapa dia. Kemuliaan sikapnya dengan tidak menyalahkan Hanafi, melepaskannya pergi dan tidak melaporkan aksi itu kepada Mak Hanafi adalah taktik setan belaka. Tentu Hanafi tahu, itu dimaksudkan Hosni Mubaroq tidak lain dan tidak bukan supaya Hanafi luluh hatinya dan mau mengaggap Hosni Mubaroq layak sebagai pengganti ayahnya. Tapi, tetap saja, semua itu tak ada pengaruhnya pada bocah Hanafi. Hanafi abadi dalam kebencian pada Hosni Mubaroq dan tak akan berhenti menemukan cara bagaimana mengusirnya.
Dalam rangkaian kunjungan pada hari yang lain, Hosni Mubaroq tak datang waktu petang. Namun, ia datang kala malam, usai mengantarkan ikan ke seberang. Pada malam yang bergerimis itu, Hanafi dan kawan-kawannya telah mempersiapkan aksi yang lain untuk mengganggu Hosni Mubaroq. Mereka menyiapkan selembar kain putih panjang dan memberinya kerangka ranting sehingga jika dipampang di atas pohon akan terlihat sebagai sosok hantu putih, jenis hantu yang paling ditakuti di pulau nelayan itu. Sebagaimana yang mereka harapkan, ketika melihat itu, Hosni Mubaroq yang berjalan seorang diri menuju ke rumah Mak Hanafi memang ketakutan setengah mati. Ia langsung berlari sambil berteriak meski teriakannya tak didengar oleh siapa pun, karena pulau nelayan memang sedang sunyi, karena kaum lelakinya sedang melaut pada musim banyak ikan. Sesuatu yang kemudian menimpa Hosni Mubaroq itu memang memberikan sensasi kesenangan pada Hanafi dan kawan-kawan. Namun, mereka tak pernah mengira yang terjadi kemudian, yakni ketika Hosni Mubaroq datang kembali ke lokasi tergantungnya sosok hantu putih buatan. Kali ini Hosni Mubaroq berlindung di belakang Mak Hanafi. Mengira-ngira kalau itu pasti ulah jahil si bocah Hanafi, Mak Hanafi percaya utuh bahwa apa yang dilakukan oleh anaknya pada Hosni Mubaroq sampai saat itu, tak lagi bisa ditoleransi. Mak Hanafi pun murka dan meneriaki Hanafi yang tetap bersembunyi di dalam belukar bersama kawan-kawan.
Teriakan Mak memang sangat menyakitkan. Ia katakan bahwa ia tahu semua itu adalah ulah Hanafi. Ia juga mengatakan apa pun dan bagaimana pun upaya yang dilakukan oleh Hanafi untuk menghalangi, dia dan Hosni Mubaroq akan tetap menjalin hubungan cinta suka sama suka, sehidup semati. Ia pun menegaskan, demi mempertahankan Hosni Mubaroq, ia rela kehilangan Hanafi sebagai anaknya.
Bocah Hanafi tak mampu membendung tumpahan air matanya mendengar itu. Sepeninggalan Mak dan Hosni Mubaroq serta kawan-kawan yang tak sanggup menenangkan, Hanafi tetap tinggal di dalam belukar, sehari semalam hingga petang pada hari berikutnya, dilanda kegalauan, kesedihan yang bercampur kegetiran. Meski demikian, otaknya terus berjalan menemukan cara untuk mengakhiri semua kerusakan yang telah menghampiri kehidupanya bersama Mak. Dalam hatinya, ia pun yakin, ayahnya yang sudah berada jauh entah di mana juga mendukung upaya terakhir sebagai pemungkas misinya menyelamatkan Mak dari cengkeraman Hosni Mubaroq.
Petang itu juga ia bergegas membawa dua botol bensin dan sekotak korek api. Dua botol bensin itu ia berikan sumbat dari kain dan ia langsung melangkah mantap menuju dermaga.
Setiba di dermaga, ia tidak langsung menuju ke dongfeng Hosni Mubaroq sebab lelaki itu belum terlihat ada di dalam dongfengmiliknya. Sejenak kemudian barulah matanya menangkap lelaki itu datang, tampaknya sehabis berbelanja dari warung kelontong Koh Jun dengan membawa sekantong makanan dan sebotol topi miring. Setelah yakin Hosni Mubaroq sudah masuk dalam dongfeng-nya, dan memastikan tak ada orang lain di dermaga petang itu, Hanafi langsung mendekat dan melemparkan dua botol bensin yang sudah disulutnya itu.
Blep!!! Api langsung menjalar melahap dongfeng itu. Api semakin mejadi-jadi sebab ada begitu banyak angin. Sehabis itu, Hanafi langsung berlari lagi, masuk ke dalam belukar, memperhatikan dari kejauhan.
Tak ada reaksi sama sekali dari dalam kapal. Itu membuatnya senang. Hosni Mubaroq pasti tak lagi berdaya dan dengan begitu, misinya menyelamatkan Mak sudah berhasil ia rampungkan. Beberapa lama setelah itu, barulah ia melihat orang-orang pulau mulai berdatangan panik, melakukan cara apa pun demi mengakhiri amukan api yang menggila pada dongfeng Hosni Mubaroq. Hanafi bergegas pergi dengan maksud mengaburkan keberadaannya di sana.
Ia terus berlari, tak sabar untuk segera mendapati Mak sebab tiba-tiba saja ia merasakan rindu yang teramat pada perempuan itu. (*)

0 comments:

Post a Comment

Download Novel Sastra
Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari) - Lintang Kemukus Dini Hari (Ahmad Tohari) - Jentera Bianglala (Ahmad Tohari) - Kubah (Ahmad Tohari) - Di Kaki Bukit Cibalak (Ahmad Tohari) - Bekisar Merah (Ahmad Tohari) - Siti Nurbaya (Marah Rusli) - Di Bawah Lindungan Kabah (Hamka) - Azab dan Sengsara (Merari Siregar) - Harimau-Harimau (Mochtar Lubis) - Supernova (akar - Dee) - Supernova (petir - Dee) - - Sengsara Membawa Nikmat (Tulis Sutan Sati) - Mantra Penjinak Ular (Kuntowijoyo) - Mangir (Pramoedya Ananta Toer) - Arok-Dedes (Pramoedya Ananta Toer) - Perburuan (Pramoedya Ananta Toer) - Kasih Tak Terlerai (Suman Hs) - Gadis Pantai (Pramoedya Ananta Toer) - Atheis (Achdiat Kartamiharja)


goesprih.blogspot.com Overview

goesprih.blogspot.com has 1.444.907 traffic rank in world by alexa. goesprih.blogspot.com is getting 761 pageviews per day and making USD 3.70 daily. goesprih.blogspot.com has 210 backlinks according to yahoo and currently not listed in Dmoz directory. goesprih.blogspot.com is hosted in United States at Google data center. goesprih.blogspot.com is most populer in INDONESIA. Estimeted worth of goesprih.blogspot.com is USD 2701 according to websiteoutlook