Seekor Kucing Hitam
- si dia
Seekor kucing hitam mengeong berkepanjangan
Perempuan itu mencopot pakaiannya
menyerahkan tubuhnya:
untukmu, katanya, hanya untukmu
Suaranya parau, seperti leher burung terkena pisau
Lalu dia memadamkan lampu,
dan rebah di ranjang
seperti sebilah pedang
Lalu malam bertemu siang
Peluh pun jatuh berleleran
Setelah bergulingan semalaman.
perempuan itu kembali pada suaminya,
Dan si lelaki kembali pada istrinya
hidup jalan terus seperti lazimnya
Hanya mereka terlanjur hapal tahi lalat mereka
Satu di pantat kiri, satu di dekat kelamin,
Sebuah tanda lahir di dekat payudara
Juga sebuah kenangan yang mengapung di tengah samudera
2009
Sajak Pendek Untuk Kesunyian
Langit hitam
Helai malam
Suara daun gemeratak
Dalam kata
mirip sajak
2009
Aku, Kau & Cermin
Tubuhmu terbuat dari tubuh ikan. Licin. Dari sisik-sisik terbaik. Matamu terbuat dari merjan. Bening, berkilau. Hidungmu terbuat dari beling cangkir. Lembut seperti pualam, tak terurai. Bibirmu terbuat dari irisan apel. Lembut tak terpanai. Aku seperti lidah, menjilat-jilat bayangan kelam. Kadang aku menyelam, dan kadang aku terbang tinggi. Tapi cermin itu tidak memantulkan bayanganku sama sekali.
2009
Melankoli
Dia tunduk tersipu
Aku rengkuh bahunya
Angin bertiup lalu
Cuaca yang beku
Sekarang dia tertawa
Aku terbahak
Jangan berteriak
Tak ingin aku melukaimu
Lalu kamar itu senyap
Kata seperti melekat di dinding
Mata kita terpejam
Dan hati berpandangan
2009
Biodata:
Kurniawan Junaedhie, menulis puisi di media massa sejak 1974. Buku puisi tunggalnya, antara lain. “Cinta Seekor Singa” (2009), “Perempuan dalam Secangkir Kopi” (2010), Sepasang Bibir dalam Cangkir” (2011) dan “100 Haiku untuk Sri Ratu”. Ikut dalam sejumlah antologi, al: “The Fifties” (2009), “Senandoeng Radja Ketjil” (2010), dan “Merapi Gugat” (2010), “Kitab Radja-Ratoe Alit” (2011) dll. Tinggal di Serpong, Tangerang, bekerja sebagai pekebun dan editor.
Sumber: Suara Karya, Sabtu, 6 Agustus 2011
0 comments:
Post a Comment