ANDANG TERUNA
Novel karya Sutomo Djauhar Arifin (pengarang dari Jawa pada periode Balai Pustaka) ini bercerita tentang seorang anak janda bernama Gunadi (Palgunadi) dan pergulatannnya dalam mencari jodoh.. Gunadi dan ibunya tinggal di Madiun. Saat berumur satu tahun, ayahnya meninggal. Lalu ibunya hidup dengan seorang lelaki Belanda bernama Van der Hijden. Tetapi ketika Van der Hijden kembali ke negeri Belanda, ibu Gunadi tiadalah diajak serta. Ibu Gunadi hanyalah ditinggali rumah beserta harta bendanya.
Ketika beranjak dewasa, Gunadi meneruskan sekolah di A.M.S Semarang. Di sana ia menumpang pada keluarga Tuan Hartasandjaja. Keluarga in memiliki seorang anak tunggal perempuan bernama Hartini. Keluarga ini memperlakukan Gunadi dengan baik. Bahkan mereka menganggap Gunadi seperti keluarga sendiri. Hartini pun memperlakukan Gunadi sebagai kakaknya sendiri.
Gunadi sebenarnya telah bertunangan dengan Sri Suasih (ini bagian novel yang scr logika susah diterima) yang juga bersekolah di AMS. Setelah menyelesaikan sekolahnya Sri Suasih pulang ke Surabaya, sementara Gunadi masih tinggal di Semarang. Tak lama kemudian, Gunadi mendapapat kabar bahwa Sri Suasih telah menikah dengan seorang dokter. Betapa hancur hati Gunadi. Inilah kegagalan cintanya yang pertama. Pada saar-saat demikian, Hartinilah yang selalu menghiburnya.
Ketika beranjak dewasa, Gunadi meneruskan sekolah di A.M.S Semarang. Di sana ia menumpang pada keluarga Tuan Hartasandjaja. Keluarga in memiliki seorang anak tunggal perempuan bernama Hartini. Keluarga ini memperlakukan Gunadi dengan baik. Bahkan mereka menganggap Gunadi seperti keluarga sendiri. Hartini pun memperlakukan Gunadi sebagai kakaknya sendiri.
Gunadi sebenarnya telah bertunangan dengan Sri Suasih (ini bagian novel yang scr logika susah diterima) yang juga bersekolah di AMS. Setelah menyelesaikan sekolahnya Sri Suasih pulang ke Surabaya, sementara Gunadi masih tinggal di Semarang. Tak lama kemudian, Gunadi mendapapat kabar bahwa Sri Suasih telah menikah dengan seorang dokter. Betapa hancur hati Gunadi. Inilah kegagalan cintanya yang pertama. Pada saar-saat demikian, Hartinilah yang selalu menghiburnya.
Suatu ketika, Gunadi mendapat kabar dari ibunya bahwa ada lowongan pekerjaan untuknya di Pagottan (pabrik gula). Tuan Ban Der Haeyden, teman lama ibunya, yang memberi pekerjaan itu. Gunadi sangat senang. Maka segeralah ia berangkat ke Solo. Dalam perjalan ke Solo itulah ia bertemu dengan seorang gadis bernama Endah Suwarni. Pertemuan itulah yang memekarkan cinta diantara keduanya.
Mereka berdua menjalin hubungan. Sebagaimana yang sudah-sudah, hubungan Gunadi dengan Endah Suwarni pun tidak berjalan mulus. Budiman hadir sebagai pihak ketiga yang mengganggu hubungan itu. Budiman sebenarnya teman sekolah Gunadi di Semarang. Budiman juga tetangga Endah. Hadirnya Budiman lama kelamaan merenggangkan hubungan Gunadi dengan Endah. Lebih-lebih, mereka sangat sering bertemu. Tak berlangsung lama, menikahlah Endah dengan Budiman karena Endah telah ternoda oleh Budiman. Untuk kedua kalinya Gunadi kecewa.
Betapa hancur hati Gunadi. Peristiwa itu membuat perubahan sikap dan semangat hidupnya. Kejadian inipun juga diketahui ibunya. Ibunya sangat kasihan dengan apa yang dialami anak semata wayang ini. Karena terlalu banyak memikirkan anaknya, ibu Gunadi jatuh sakit dan meninggal dunia. Semakin bertambahlah kehancuran Gunadi. Ia kini kehilangan wanita yang telah merawat dan membesarkannya.
Untunglah keluarga Hartasendjaja selalu memberi semangat. Bantuan material pun diberikan kepada Gunadi. Beberapa kali keluarga ini mengunjungi Gunadi di Solo. Setinggi bangau terbang, jodoh tak kan lari kemana. Begitulah bunyi pepatah. Secara diam-diam, Hartini sebenarnya memendam cinta kepada Gunadi. Dari buku harian Hartini, tahulah ia bahwa diam-diam gadis itu jatuh cinta kepadanya. Menyadari semua ini, teringatlah Gunadi pada almarhum ibunya yang menyampaikan sesuatu sebelum meninggal. Ibunya pernah mengatakan bahwa Palgunadi sebenarnya telah diperuntukkan bagi Anggreni. Tahulah Gunadi sekarang, bahwa Angreni ini tak lain dan tak bukan adalah Hartini itu sendiri. Demikianlah isi roman Andang (obor/suluh) Teruna (muda/pemuda). Lewat roman ini Sutomo Djauhar Arifin berpesan... pandai-pandailah mencari bakal calon istri...:)***
0 comments:
Post a Comment