HIKAYAT PENGAJARAN BAGI RAJA-RAJA
Isma Yatim gemar sekali mengarang hikayat.
Arkian telah beberapa lamanya dengan demikian, maka Isma Yatim itu pun mengaranglah pula beberapa hikayat lagi dengan tamsil ibaratnya yang memberi kegemaran dan menambahi akal serta menyukakan hati segala orang yang membacanya dan yang mendengar dia, karena banyaklah ada di dalamnya itu pengajaran yang memberi faedah pada segala mereka yang berkehendak adanya. Maka dengan membuat hikayat itulah menjadikan murah rezekinya serta Umpah makmuriah bagi kedua ibu bapanya, dikurniai Allah subhanahu wataala dengan anugerah-Nyapada tiap-tiap hari adanya.
Maka tatkala itu masyhuriah namanya pada segala daerah negeri akan kepandaian bijaksananya Isma Yatim itu dan berhimpunlah segala orang yang muda-muda kepadanya belajar ilmu dan hikmat daripada segala perintah hulubalang dan perintah laki-laki. Maka mereka itu pun berkasih-kasihanlah dengan segala menteri hulubalang. Demikianlah daripada sehari kepada sehari adanya.
Hatta maka beberapa lamanya dengan takdir Allah taala datanglah suatu pikiran pada hatinya, katanya, "Baiklah aku mengarang suatu hikayat yang boleh menjadi pengajaran akan segala raja-raja. Mudah-mudahan adalah juga kebajikan daripadanya."
Setelah demikian pikirnya, maka lalu ia pun berbuatlah ibadat kepada Tuhan yang mahatinggi darajat kebesaran dan kemuliaan-Nya memenuhi sekalian alam dunia ini serta memohonkan ampun dan meminta akan taufik 1) dan akal yang sempuma serta hemat faham yang kebajikan, supaya dapat ia mengarangkan sebuah hikayat, seperti yang diangan-angannya itu, membicarakan daripada perintah segala raja-raja, supaya dapat benar pada segala hukumnya dan adilnya pada segala perintahnya, serta dengan murah penyayang pada sekalian hamba rakyat yang di bawah hukum perintahnya, dan negeri pun jadi mulia makmur serta aman sentosa, dan raja yang adil itu pun kelak beroleh kumia Allah berkat Safaat 2) Nabi kita Muhammad s.a.w. kemudian hari.
Maka antara tiada beberapa lamanya hikayat itu pun sudahlah dengan sempumanya dan kemudian daripada itu, maka lalu dibawalah oleh Isma Yatim akan kitab hikayatnya itu kepada datuk 3) perdana menteri 4) yang arif budiman lagi setiawan itu, seraya katanya, "Ya datuk menteri, tolong apalah akan hamba hendak mempersembahkan hikayat hamba ini ke bawah duli syah alam, karena hamba ini orang miskin. Sangatlah hasrat hamba hendak berbuat kebaktian ke bawah duli yang dipertuan, tetapi suatu pun tiadalah kepada hamba, melainkan hikayat inilah kebaktian hambamu pada ke bawah duli syah alam itu. Inilah dia, tiadalah dengan sepertinya."
Maka tatkala itu masyhuriah namanya pada segala daerah negeri akan kepandaian bijaksananya Isma Yatim itu dan berhimpunlah segala orang yang muda-muda kepadanya belajar ilmu dan hikmat daripada segala perintah hulubalang dan perintah laki-laki. Maka mereka itu pun berkasih-kasihanlah dengan segala menteri hulubalang. Demikianlah daripada sehari kepada sehari adanya.
Hatta maka beberapa lamanya dengan takdir Allah taala datanglah suatu pikiran pada hatinya, katanya, "Baiklah aku mengarang suatu hikayat yang boleh menjadi pengajaran akan segala raja-raja. Mudah-mudahan adalah juga kebajikan daripadanya."
Setelah demikian pikirnya, maka lalu ia pun berbuatlah ibadat kepada Tuhan yang mahatinggi darajat kebesaran dan kemuliaan-Nya memenuhi sekalian alam dunia ini serta memohonkan ampun dan meminta akan taufik 1) dan akal yang sempuma serta hemat faham yang kebajikan, supaya dapat ia mengarangkan sebuah hikayat, seperti yang diangan-angannya itu, membicarakan daripada perintah segala raja-raja, supaya dapat benar pada segala hukumnya dan adilnya pada segala perintahnya, serta dengan murah penyayang pada sekalian hamba rakyat yang di bawah hukum perintahnya, dan negeri pun jadi mulia makmur serta aman sentosa, dan raja yang adil itu pun kelak beroleh kumia Allah berkat Safaat 2) Nabi kita Muhammad s.a.w. kemudian hari.
Maka antara tiada beberapa lamanya hikayat itu pun sudahlah dengan sempumanya dan kemudian daripada itu, maka lalu dibawalah oleh Isma Yatim akan kitab hikayatnya itu kepada datuk 3) perdana menteri 4) yang arif budiman lagi setiawan itu, seraya katanya, "Ya datuk menteri, tolong apalah akan hamba hendak mempersembahkan hikayat hamba ini ke bawah duli syah alam, karena hamba ini orang miskin. Sangatlah hasrat hamba hendak berbuat kebaktian ke bawah duli yang dipertuan, tetapi suatu pun tiadalah kepada hamba, melainkan hikayat inilah kebaktian hambamu pada ke bawah duli syah alam itu. Inilah dia, tiadalah dengan sepertinya."
Maka perdana menteri itu pun mengambil serta membaca dan menilik akan dia. Maka dilihatnya ada beberapa banyak faedah di dalamnya itu. Maka perdana menteri pun sukacitalah mendengarkan hikayat itu, karena beberapa perkara yang menambah akalnya yang kebajikan pada memerintah majelis segala raja-raja dan menteri, hulubalang 5), biduanda 6), sida-sida 7) sekalian adalah tersebut di dalam hikayat itu.
Maka perdana menteri itu pun berkata, "Hai Isma Yatim, pada bicara hamba, jikalau tuan hamba mempersembahkan ke bawah duli daripada emas dan perak atau harta benda niscaya akan hilang. Tambahan pula segala jenis-jenis kekayaan daripada serba bagainya pun adalah pada duli syah alam ini, melainkan inilah yang tiada, karena hikayat ini teramat indah-indah sekali hamba lihat isinya, patutlah segala raja-raja menaruh dia."
Maka tatkala itu berpikirlah Isma Yatim, "Sesungguhnyalah perdana menteri ini orang yang bijaksana tahu ia akan faedah hikayat itu, dan haruslah raja memberi kurnia dan kebesaran akan dia."
Kemudian daripada itu kata perdana menteri itu pula, "Marilah tuan hamba, hamba bawa pergi mengadap yang dipertuan, persembahkan hikayat ini, supaya hamba pun beroleh menumpang kebaktian tuan, sebab bersama-sama membawakan persembahan tuan hamba ini."
Arkian maka Isma Yatim pun dibawa oleh perdana menteri menghadap baginda. Maka pada tatkala itu baginda pun sedang lagi dihadap oleh segala raja-raja dan menteri, hulubalang serta biduanda sekalian. Maka dilihatlah oleh baginda akan perdana menteri datang membawa seorang budak muda belia. Maka segeralah disapa oleh baginda dengan katanya, "Hai perdana menteri, orang muda manakah bersama-sama di belakang tuan hamba itu?"
Maka perdana menteri pun sujudlah seraya berdatang sembah, "Duli tuanku syah alam, inilah budak bernama Isma Yatim, Tuanku." Dan hikayat itu pun dipersembahkannya pada baginda seraya katanya, "Ya Tuanku syah alam, inilah sebuah kitab hikayat karangan Isma Yatim, ia mempersembahkan hikayat ini ke bawah duli Yang Dipertuan."
Maka titah baginda, "Hai Perdana Menteri, bacalah hikayat ini, supaya kita dengar."
Maka dibacalah oleh perdana menteri dengan nyaring suaranya dan didengar oleh baginda akan bunyinya hikayat itu terlalu amat indah-indah sekali karangannya serta dengan tertib susunannya tersangat elok dan semuanya yang diceritakan dalam hikayat itu menyatakan bagaimana adat peraturan dan kelakuan yang patut bagi raja-raja.
Maka baginda pun terlalu amat sukacita hatinya, lalu bertitah seraya memandang muka Isma Yatim, "Hai Isma Yatim, hampirlah engkau kemari!"
Maka Isma Yatim pun sujud menyembah seraya datang hampir dengan hormat takzimnya, lalu duduk dekat baginda. Maka baginda pun memandang muka Isma Yatim itu serta diamat-amatinya seraya berpikir di dalam hati baginda, "Adapun Isma Yatim ini pada pemandangan firasatku 8) orang yang bijaksana."
Maka lalu dianugerahi baginda akan Isma Yatim itu persalin pakaian yang indah-indah dan Isma Yatim pun sujud menyembah menyambut kumia baginda itu dengan sukanya. Setelah itu bertitahlah pula baginda, "Hai Isma Yatim, bahwa engkau ini janganlah pergi ke mana-mana lagi. Duduklah engkau di istana aku 9) telah jadi hambalah engkau kepada aku 10) dari hari ini."
Maka sembahnya, "Duli Tuanku syah alam, mana-mana titah perintah Tuan, patik junjunglah di atas batu kepala patik!"
Setelah itu Isma Yatim pun duduklah di bawah perintah duli baginda itu adanya. Wallahu alam bissawab.***
cited from Bunga Rampai dari Hikayat Lama, Sanusi Pane, hal. 22-25
Download Teks ini KLIK DI SINI
Keterangan:
- Petunjuk Allah
- Bantuan Nabi kemudian; sekarang banyak juga Muslimin yang berpendapat, bahwa safaat telah diberi Nabi dengan menyampaikian Quran kepada manusia, dengan Hadis-hadis dan contoh teladan dan Nabi tidak akan memberi safaat lagi.
- Gelar; kata penunjuk untuk menghonnati (lihat keterangan "Inder Bumaya dan Putri Mandu Ratna) dan itu (terdapat juga dalam "tuan"), yang dihormati. K ialah penutup kata yang sering dipakai; bapak, kakak, adik dan sebagainya. Perkataan datu terdapat dalam kata Jawa kedaton (istana), akan tetapi datu sendiri telah lama tidak dipakai di Jawa, terdesak oleh ratu (d dan r ganti-mengganti; bandingkan
misalnya dengan dara (melayu) dan rara (Jawa). - Menteri yang pradhana (Sangsekerta), yang pertama. Hanya dalam hikayat, kecuali di Pasai. Menteri kerajaan Melayu yang pertama disebut bendahara (Lihat "Hang Tuah diutus ke Majapahit").
- Hulu dan bala, kepada lasykar, opsir; raja yang kecil atau kepala negeri hanya beberapa orang hulubalangnya, sedang lasykarnya tidak ada. Di Aceh uleebalang ialah kepala negeri. Ng. pada akhir kata itu ialah penutup kata (bandingkan) dengan kakang(Jawa,kakak), inang (Bat,.ibu).
- Suruhan raja, yang pekerjaannya yang terpenting memelihara dan membawa alat- alat upacara.
- Pegawai-pegawai tinggi (bandingkan dengan kata Jawa Kuno sura = ia dengan hormat beliau).
- ilmu tenung, terutama tentang nasib seseorang kemudian; kiraan.
- biasanya dipendekkan jadi: di istanaku.
- biasanya dipendekkan jadi: kepadaku.
1 comments:
makasih mantap nih ceritanya gan!
Post a Comment