Keluarga Permana
Novel karya Ramadhan K.H. ini berkisah tentang Permana, seorang pemuda pengangguran karena diberhentikan dari pekerjaannya di pabrik tenun karena fitnahan yang tidak jelas. Ia menjadi pendiam, pemurung, dan pemarah yang menyebabkan rumah tangganya penuh pertentangan, pertengkaran, dan ketegangan. Selalu timbul percekcokan dengan istrinya, Saleha, dan anaknya, Farida (Ida). Hal-hal kecil menjadi besar yang menyebabkan ia berbuat kasar, menampar, memukulkan rotan kepada anak dan istrinya. Tidak jarang pula ia cemburu kepada istrinya yang kadang-kadang terpaksa pulang dari kantor terlalu sore. Tak ubahnya rumah yang dibangun ketika ia masih bekeja ini dirasakan Ida dan ibunya, Sebagai tempat yang menyesakkan.
Sumarto, seorang pemuda dari Jatiwangi yang bekerja sambil kuliah di Bandung menyewa sebuah kamar bagian belakang. Hal ini dilakukan Permana demi mendapatkan uang sewa kamar yang dapat dimanfaatkan. Pemuda inilah tempat Ida melegakan perasaan mencekam di rumah itu. Hubungan Ida dengan Sumano tumbuh dari hal'hal biasa dan berkembang lebih jauh. Sampai-sampai mereka tidak dapat mengendalikan perasaan dan melakukan hubungan badan.
Memperhatikan pergaulan Ida dengan Sumarto telah seperti orang yang bercinta kasih, Permana tidak setuju dan ia berusaha agar Sumarto pindah dari rumah itu.
Setelah Sumarto pindah ternyata Ida sudah mengandung beberapa bulan. Walaupua Ida mencintai Sumarto, tetapi orang tuanya tidak setuju. Di samping Ida dan Sumarto sudah terlalu lancang. Setelah mengalami kekalutan tentang kehamilan Ida akhirnya Permana dan Saleha memutuskan untuk menggugurkan kandungan Ida. Mula-mula diusahakan melalui dukun, kemudian karena kesehatannya makin mengkhawatirkan, ia dioperasi dan dirawat di rumah sakit.
Melalui Kuraesin, teman sekolah Ida, Sumarto mengetahui bahwa Ida dirawat di rumah sakit. Selanjutnya melalui juru rawat ia pun mengetahui bahwa Ida dirawat karena pengguguran kandungan. Bangkit rasa tanggung jawab dan kasihan Sumarto kepada Ida. Ia sadar bahwa dalam hal ini dialah yang bersalah. Dialah yang menyebabkan Ida menderita demikian. Dan Sumano tidak menerima pengguguran janin yang berasal dari darah dagingnya itu. Tapi untuk berkomunikasi dengan orang tua Ida terutama dengan ayahnya sulit dapat dilakukan.
Setelah Ida agak sembuh dan keluar dari rumah sakit Sumarto meyakinkan bahwa ia tetap mencintai Ida dan tetap akan bertanggung jawab atas perbuatannya. Ida pun merasa bahwa hanya Sumartolah satu-satunya tempat ia bergantung, menumpahkan kepercayaan dan isi hatinya. Ia merasa tak ada pemuda lain yang dapat menerimanya. Lebih-lebih ia merasa bahwa hidupnya telah bernoda. Namun batinnya masih bergolak, bahwa masih dirasakannya berat untuk mengikuti agama yang dianut oleh kekasihnya.
Oleh cobaan yang bertubi-tubi dialami Permana dan Saleha akhimya mereka lebih banyak berserah kepada yang diharapkan Ida. Permana tidak garang seperti ia baru dipecat dari pekerjaannya. Ia sudah mau mendengarkan kata-kata istrinya. Demikian juga ketika istrinya memberitahukan bahwa Ida telah bertekad untuk menikah dengan Sumarto karena mereka telah sepakat.
Ida melangsungkan pernikahan dengan Sumarto melalui catatan sipil dan melalui gereja. Kemudian berangkatlah mereka ke Jatiwangi tempat tinggal orang tua Sumarto. Ida diterima dengan baik dan senang hati oleh kedua mertuanya, Sutomo dan Sutarmi.
Seminggu kemudian Ida jatuh sakit. Dengan penuh kasih sayang suami dan kedua mertuanya mengantarkannya ke rumah sakit. Karena sakitnya cukup berat ia dirawat dan tinggal di rumah sakit. Tengah malam ketika hendak mengambil air dari kran di kamarnya, Ida terjatuh. Belakang kepalanya membentur semen. Darah mengucur dari hidung dan telinganya yang menyebabkan ia tak lama kemudian meninggal dunia.
Setelah pemakaman jenazah Ida di Bandung, ayahnya, Permana, seperti berubah akal. Dari sore sampai malam ia bersimpuh di makam anaknya, sementara beberapa malam keluarga dan sanak famili mengaji dan berdoa agar Ida diampuni kesalahan dan dapat diterima di sisi Allah.***
Download sinopsis ini KLIK di sini
0 comments:
Post a Comment