TUYET
(Bur Rasuanto)
Novel karya Bur Rasuanto ini berkisah tentang perjuangan wanita Vietnam dalam membebaskan ayahnya yang ditawan tentara musuh dalam perang Vietnam. Cerita dimulai dari kehadiran seorang wartwan Indonesia bernama Alimin. Alimin ditugaskan untuk meliput perang Vietnam. Suatu hari, alimin kedatangan tamu seorang wanita Vnietnam bernama Tuyet yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Kedatangan Tuyet sebetulnya hanya untuk menanyakan apakah kiriman dari Herbert, seorang wartawan Jerman – sahabat Alimin, untuk dirinya sudah datang. Sayang sekali, kiriman dari Herbert seperti yang dimaksud Tuyet tidak ada. Tuyet pun bercerita bahwa da mengetahui alamat Alimin dari Herbert.
Sejak saat itu, Tuyet seringkali berkunjung ke rumah Alimin untuk menanyakan hal yang sama. Hubungan Alimin dengan Tuyet juga semakin akrab. Hingga suatu saat, ketika berkunjung ke rumah Alimin, Tuyet tiba-tiba masuk ke kamar Alimin dan mengajak Alimin melakukan perbuatan yang tidak pantas dilakukan. Betapa terkejut Alimin mengatahui hal ini. Tuyet yang dihadapinya bukan seperti Tuyet yang selama ini dikenalnya. Karena emosinya, ditamparnya Tuyet yang ingin memaksakan kehendak.
Tamparan Alimin ternyata telah menyadarkan Tuyet akan keadaanya. Ia menangis dan memohon maaf kepada Alimin. Ia kemudian menceritakan tentang keadaan dirinya dan ayahnya. Ayahnya sedang ditawan tentara. Ia harus menyerahkan sejumlah uang untuk membebaskan ayahnya. Uang itu pernah dijanjikan Herbert. Jika tidak dapat memenuhi uang itu, Ia harus menyerahkan kesuciannya kepada komandan yang sedang menawan ayahnya. Karena situasi inilah ia nekad berbuat memaksa Alimin. Ia tidak sudi menyerahkan kesuciannya pada komandan yang telah menawan ayahnya. Ia justru ingin menyerahkan kesuciannya kepada Alimin yang selama ini sangat baik terhadapnya.
Mendengar cerita Tuyet, Alimin akhirnya luluh. Kemarahannya mereda dan ia justru iba kepada Tuyet. Ia berjanji kepada Tuyet untuk membantu mengumpulkan uang guna menebus ayahnya yang ditawan tentara musuh. Alimin segera menghubungi teman-temannya untuk meminjam uang. Ia juga menghubungi ayah Nana Thi (pejabat), kekasihnya, agar membantu membebaskan ayah Tuyet.
Usaha Alimin dalam mengumpulkan uang mulai berhasil, meski usaha meminta bantuan pada ayah Nona Thi tidak membawa hasil. Kiriman Herbert pun datang. Setelah ditambahkan dengan uang hasil usaha Alimin, akhirnya sejumlah uang sebagaimana disyaratkan oleh komandan yang menawan ayah Tuyet berhasil didapat Alimin. Dengan bersemangat Alimin pergi ke rumah Tuyet. Tetapi apa yang dijumpai di rumah Tuyet hanya selembar surat. Dalam suratnya Tuyet menulis bahwa ayahnya telah bebas setelah ia menyerahkan kehormatannya kepada sang komandan.***
Kedatangan Tuyet sebetulnya hanya untuk menanyakan apakah kiriman dari Herbert, seorang wartawan Jerman – sahabat Alimin, untuk dirinya sudah datang. Sayang sekali, kiriman dari Herbert seperti yang dimaksud Tuyet tidak ada. Tuyet pun bercerita bahwa da mengetahui alamat Alimin dari Herbert.
Sejak saat itu, Tuyet seringkali berkunjung ke rumah Alimin untuk menanyakan hal yang sama. Hubungan Alimin dengan Tuyet juga semakin akrab. Hingga suatu saat, ketika berkunjung ke rumah Alimin, Tuyet tiba-tiba masuk ke kamar Alimin dan mengajak Alimin melakukan perbuatan yang tidak pantas dilakukan. Betapa terkejut Alimin mengatahui hal ini. Tuyet yang dihadapinya bukan seperti Tuyet yang selama ini dikenalnya. Karena emosinya, ditamparnya Tuyet yang ingin memaksakan kehendak.
Tamparan Alimin ternyata telah menyadarkan Tuyet akan keadaanya. Ia menangis dan memohon maaf kepada Alimin. Ia kemudian menceritakan tentang keadaan dirinya dan ayahnya. Ayahnya sedang ditawan tentara. Ia harus menyerahkan sejumlah uang untuk membebaskan ayahnya. Uang itu pernah dijanjikan Herbert. Jika tidak dapat memenuhi uang itu, Ia harus menyerahkan kesuciannya kepada komandan yang sedang menawan ayahnya. Karena situasi inilah ia nekad berbuat memaksa Alimin. Ia tidak sudi menyerahkan kesuciannya pada komandan yang telah menawan ayahnya. Ia justru ingin menyerahkan kesuciannya kepada Alimin yang selama ini sangat baik terhadapnya.
Mendengar cerita Tuyet, Alimin akhirnya luluh. Kemarahannya mereda dan ia justru iba kepada Tuyet. Ia berjanji kepada Tuyet untuk membantu mengumpulkan uang guna menebus ayahnya yang ditawan tentara musuh. Alimin segera menghubungi teman-temannya untuk meminjam uang. Ia juga menghubungi ayah Nana Thi (pejabat), kekasihnya, agar membantu membebaskan ayah Tuyet.
Usaha Alimin dalam mengumpulkan uang mulai berhasil, meski usaha meminta bantuan pada ayah Nona Thi tidak membawa hasil. Kiriman Herbert pun datang. Setelah ditambahkan dengan uang hasil usaha Alimin, akhirnya sejumlah uang sebagaimana disyaratkan oleh komandan yang menawan ayah Tuyet berhasil didapat Alimin. Dengan bersemangat Alimin pergi ke rumah Tuyet. Tetapi apa yang dijumpai di rumah Tuyet hanya selembar surat. Dalam suratnya Tuyet menulis bahwa ayahnya telah bebas setelah ia menyerahkan kehormatannya kepada sang komandan.***
2 comments:
Assalamualaikum,
Dua kali saya nmengirim komentar pada blog Anda. Penjelasan Anda mengenai sudut pandang memang tidak disertai contoh. Namun, cerpen-cerpen dan sinopsis yang Anda suguhkan menjadi contoh penjelasan saya pada siswa-siswa saya.Kalau bisa dalam sinopsis atau cerpen yang Anda suguhkan Anda cantumkan penjelasn bahawa cerpen atau sinopsis ini menggunakan sudut pandang apa?
Kalau boleh saya ingin mengenal Anda karena berkat bantuan blog Anda saya dpt memberikan sastra yang terbaik untuk siswa saya. saya juga ada menulis pada blog saya namun hanya iseng dan menyalurkan hobi. nama blog saya http://senicantiq.blogspot.com.
sekali lagi terima kasih buat Anda yang belum saya kenal.
saya membaca novel Tuyet sewaktu saya SMA dulu.. saya suka sekali novel ini...
apakah buku ini ada cetakan terbarunya?
Post a Comment