KIRDJOMULJO
Sosok Kirdjomuljo adalah sosok seniman srubutan. Perjalanan hidupnya selama 70 tahun banyak sekali menghasilkan berbagai macam karya sastra dan seni rupa. Dari banyaknya karya seni yang ia hasilkan. tampaknya karya sastra adalah pilihan utamanya. Hal ini terbukti dengan banyaknya karya sastra yang telah ditulisnya. baik puisi, lakon, film, dan novel. Keterampilan Kirdjomuljo dalam berolah kata serta kecintaannya pada kesenian, ketekunan, dan kesungguhan dalam menciptakan karya
sastra, telah mendudukkan dirinya sebagai seniman cukup produktif pada masanya.
Dalam buku Kesusastraan Indonesia Modern dulam Kritik Dan Esei,. H.B. Jassin menyebut Kirdjomuljo sebagai penyair alam. Kirdjo adalah seorang penyair yang menyatakan perasaannya dengan mempergunakan alam sebagai gambaran jiwanya. Puisi Kirdjomuljo kaya akan bunyi, demikian kayanya hingga kita seakan ditayang di atas lagunya yang mempesona, tanpa bertanya-tanya apa maknanya dan ke mana kita mau dibawanya. Seperti halnya himne, lagu puja yang dinyanyikan, tanpa dimengerti isinya tapi punya daya magis yang menyeret mengayunkan. Akan tetapi, di sini kita tidak berhadapan dengan lagu puja terhadap Tuhan atau dewa-dewa, tapi terhadap alam, terhadap hidup, dan terhadap ciptaan Yang Maha. Observasi Kirdjo tidak hanya sampai pada pemantulan belaka. tapi senantiasa merangsang pemikiran yang terutama menggolakkan batin. Baginya kenyataan hidup adalah pertentangan adanya kehadiran, dan itulah kebenaran. Seperti yang ia sampaikan kepada H.B. Jassin melalui puisi yang terangkum dalam buku kumpulan puisi Romansa Perjalanan yang terbit tahun 1955 berjudul "Buat H.B. Jassin"
Dalam kemenangan keselip kekalahansiapa terlalu memilihakan datang di tanah pasirDalam kekalahan keselip kemenangansiapa terlalu memilihakan datang di tanah batuKita lahir dan menerima sekali waktualam, cinta, tangis, dan harapKita hadir dan menerima sekali saatKemenangan dan kekalahannyaHanya dalam sadar dan yakinDari keduanya, lahirlah mesra
Dalam sikapnya Kirdjomuljo adalah seorang pengembara yang senantiasa didesak oleh keinginan menjelajah peristiwa demi peristiwa, daerah demi daerah, dan dalam hal ini ia adalah seorang pencari yang romantis, pencari hakikat yang tak kunjung temu. Kirdjo adalah manusia pencari yang panteistis dalam tanggapan dunianya, epikuristis dalam sikap hidupnya. Dalam keluasan hati kepenyairannya ia merasa sekeluarga dengan manusia di luar tanah air dengan siapa ia bercerita tentang alam dan kotanya, tentang manusia dan hidupnya. Demikian dalam "April", kenangan buat Lorca, penyair Spanyol yang telah dahulu pulang:
Bila waktunya kumenyusul kaudari alam hijau ke alam birukubawakan kotaku dalam puisiseperti kau meninggalkan ladangmu……………………………..…………………………….Kau pemah lahir dan dewasapernah mendapatkan sayu musimyang jauh, dalam dan hijaumemberat, percaya, dan kuatSeakan lahirnya satu kejadian besarhatinya sebagian dan bumicintanya sebagian dari waktubila mati bukanlah satu kematianDirinya kembali berpusar menjauhkembali semua yang telah gugurmembentuk diri bulat-bulatserupa kelahiran baruDalam bentuk lebih dalamdengan wajahberpancar alam sendiri…………………………..…………………………….Aku tak pernah berkata tentang esokapa yang berlangsungitulah akuitulah waktu……………………………..…………………………….Mungkin kau pernah berfikir demikianmenerima alam tidak sebagai miliksekalipun hari-hari ridunya mendesakmembuat kerinduan jauhAkupun tidak menerimanyaSekalipun hari-hari cintaku berpintaaku tidak mengakusekalipun terasa sebagian dari diriKarena pada satu saatakan sampai saatnya berpisahpudar segala itudari bentuk dan ujudnyaKalau tinggal, hati dan puisiTinggal arti dan cintaDan salam yang terakhir
(Jassin, 1985:15-49)
Linus Suryadi AG mengatakan dalam buku Romansa Perjalanan yang terbit pada 2001, menilai bahwa Kirdjomuljo tidak mengidentifikasikan dirinya dengan suatu kelompok partai atau golongan. Dia pun tidak berpihak pada suatu rejim penguasa bangsanya. Selaku penyair. Kirdjomuljo berpribadi merdeka dan berprinsip kebangsaan, dia memandang konflik sosial dan politik pada tataran tragedi. baik 1945, 1948, atau 1965, dengan mata dan hati manusia yang berwarga Negara Indonesia. Prinsip kebangsaan pribadi merdeka Kirdjomuljo tidak berhenti pada sikap dan visi keindonesiaan. Dari titik itu dia pun mengarahkan pandangan dunia kepenyairannya kepada alam semesta. Oleh karena pandangan dunia kepenyairan tidak hanya monopoli Kirdjomuljo yang berkebangsaan Indonesia tapi juga penyair berkebangsaan lain dari negara lain maka terdapat pula salah satu sajaknya merupakan gambaran yang tidak jauh dari cita-cita pandangan kepenyairan Kirdjomuljo yang mendunia itu.
TIDAK ADA JALAN LAINBila akhirnya harus terjadi ajalku yang terhinaUjung tikaman sampai ke ujung usiakuTidak aku memilih jalan lain. Datang yang hendak datangMati seorang lewat seribu jalanTetapi jalan menuju kemurnian kemerdekaan'?Jalan menuju kemurnian kebangsaan? Hanya SatuDan aku yakin cahaya itu memancar dari berjuta jiwaDi tanah airku dan di dalam jiwa di dunia
1967
Pada salah satu bentuk pengucapan seni sastra lakon menurut pendapat Boen Sri Oemaijati dalam buku yang berjudul Bentuk Lakon Dalam Sastra Indonesia, Kirdjomuljo merupakan tokoh yang unik. Kegiatan teaternya di Yogyakarta sudah diakui. Kegiatan syairpun sudah tenar. Melalui "Penggali Intan" dan "Penggali kapur" yang diawali oleh "Nona Mariam", orang menilai Kirdjo sebagai seniman yang aktif menceburi dan membangun berbagai bidang kegiatan seni. Aktif dan menguasainya dengan pengendapan dan penghayatan. Jumlah 27 lakon membuktikan suatu prestasi yang bukan sembarangan.
Menurut Butet Kartaredjasa, seorang seniman Yogyakarta, Kirdjomuljo adalah seorang idealis yang mempunyai sikap dan keyakinan kokoh, yang oleh masyarakat acapkali dilihat dengan mata terpincing. Ia dianggap aneh, atau bahkan sinting. Ketika orang beramai-ramai berjalan ke utara, ia justru ke selatan; ketika ada kesempatan menjadi orang kaya, ia memilih miskin. Manakala orang ribut, ia malah diam. Ibarat permukaan telaga, ia adalah letupan-letupan kecil di permukaannya. Ia seorang idealis yang mempunyai rel sendiri ketika menempuh kehidupan dan kesenimannya
Pernyataan tersebut di atas dipertegas kembali oleh seniman Yogyakarta, Sri Harjanto Sahid, yang mengatakan bahwa Kirdjomuljo adalah pribadi yang sederhana, jujur, rendah hati, dan terbuka. Siapa pun yang mengenalnya secara dekat pasti tak akan lagi merasakan keanehan padanya. Mungkin ia menjadi tampak aneh justru karena kejujurannya yang luar biasa.
Dalam wawancara untuk acara Profil Budayawan yang diproduksi oleh TVRI stasiun Yogyakarta tahun 1991, pengamat seni dan budaya Bakdi Soemanto mengatakan bahwa Kirdjomuljo adalah seorang penulis puisi dan penulis lakon, seorang yang menulis dan berkarya dengan bersih, dan karyanya memberikan sentuhan-sentuhan yang lebih dalam tidak hanya terhadap perasaan tetapi juga pada pencerahan pikir.
Kirdjomuljo sangat menyukai penyair Spanyol Federico Garcia Lorca dan juga Khalil Gibran. Puisi-puisinya memiliki Romantismenya Lorca. Menurut Fred Wibowo ketika ditemui penulis pada 20 Januari 2000, kekagumannya itu ia tunjukkan dengan membaptis teman-teman seniman seperti Wibowo dengan nama Fred (Fred Wibowo) dan kepada Winarto ia baptis dengan nama Jasso (Jasso Winarto). "Kirdjomuljo seorang impresario" demikian Motinggo Busye mengatakannya. Artinya, problem-problem kesenian mendatang, pagi-pagi telah berhasil ia rumuskan. Seperti misalnya, dahulu ketika sastrawan belum memikirkan dan mensiasati dunia film, Kirdjomuljo sudah menulis skenario film. 1000 Kenangan adalah film yang membuat ia dikenal dalam dunia film. Ia mengawali, dan tiba-tiba berhenti ketika sastrawan beramai-ramai menggarap ladang baru itu (Kertaredjasa, 1988:45).
Kesabaran, kesederhanaan, dan ketekunan yang dimiliki Kirdjomuljo tampaknya telah tertanam sejak ia masih remaja. Kemampuannya yang demikian tentu tidak lepas dari bakat dan kreativitas yang dimilikinya, yang menurut Primadi Tabrani, bakat menunjukkan keahlian yang cocok bagi seseorang. Kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat membantu kemampuan-kemampuannya yang lain, hingga sebagai keseluruhan dapat mengintegrasikan stimuli-luar (apa yang melanda dari luar sekarang) dengan stimuli-dalam (apa yang telah dimiliki sebelumnya-memori) hingga tercipta suatu kebulatan yang baru.
Selain bakat dan kreativitas yang telah ada pada Kirdjomuljo, tentu faktor-faktor lain yang ada di luar dirinya sangat menentukan, seperti lingkungan pertemanannya dengan berbagai seniman terutama di Yogyakarta, beberapa pengalamannya dalam mencermati berbagai tempat bersejarah dan kesenian daerah. Lingkungan keluarga yang berkesenian serta profesinya sebagai pegawai kantor kesenian dan redaktur majalah. Pergaulan dan pengalaman hidup banyak sekali memberikan andil dalam hal penguasaan teknik menulis, melukis, semangat, serta kekayaan idenya.
Sumber: Jejak-jejak Kirdjomuljo, Ika Yuni Purnama, h. 65-75
DOWNLOAD tulisan ini KLIK di sini
0 comments:
Post a Comment