Sinopsis Novel Perempuan dan Kebangsaan
karya Idrus
Nirwan adalah calon sastrawan yang berpegang teguh pada paham humanisme. Ia anti kekerasan dan berusaha menghindari pertumpahan darah demi kemanusiaan. Nirwan bekerja pada sebuah penerbitan sebagai redaktur. Di sana ia berkenalan dengan teman-temannya yang juga seorang sastrawan Indonesia yang sudah punya nama. Diantara kawannya bernama Hasil dan Ismak. Terutama Hasil, ia cepat bersahabat.
Hasil adalah sastrawan senior yang mampu membimbing Nirwan dalam dunia penulisan sastra. Hubungan ini seperti halnya antara guru dan murid. Oleh karena itu, Nirwan ingin melepaskan diri dari kekangan Hasil untuk mengembangkan pemikirannya sendiri. Nirwan juga sering berbeda pendapat dengan Hasil dalam masalah kebangsaan. Menurut Nirwan ide kebangsaan Hasil terlalu sempit dan menganggap Hasil terlalu sentimen dalam rasa kebangsaan, lebih-lebih ketika gelora revolusi menjadi-jadi. Namun, Hasil tetap menghargai tulisan-tulisan Nirwan serta membela dari kritikan Teman sastrawan lainnya.
Nirwan menulis sebuah naskah sandiwara yang akan dimainkan oleh rombongan sandiwara penggemar. Namun, pemimpin penerbitan tidak menyetujui kalau naskah itu dimainkan terlebih dahulu baru diterbitkannya. Namun, karena perbedaan pendapat akhirnya Nirwan mengundurkan diri dari penerbitan dan belakangan diketahui bahwa naskahnya menggunakan kata-kata yang kasar.
Nirwan kemudian mendapatkan pekerjaan kembali di penerbitan lain. Hasil mencoba mengirimkan naskah namun, ditolak oleh Nirwan karena ia ingin menunjukkan kekuasaannya pada Hasil.
Perang dunia semakin memuncak, keadaan dalam negeri makin sulit hingga akhirnya Nirwan terpaksa hidup dari sebuah rombongan sandiwara keliling sebagai penjual karcis. Jepang akhirnya kalah, proklamasi dicetuskan dan berkobarlah revolusi. Nirwan yang berpaham humanisme menolak keadaan yang saling bunuh membunuh dalam perang. Akhirnya Nirwan memilih menyingkir ke daerah pedalaman di Malang yang menurutnya lebih tenang.
Pada suatu hari, datang Hasil ke Malang dalam rangka perjalanan jurnalistiknya. Hasil menceritakan keadaan selama mereka berpisah. Sesudah tujuh bulan di Malang, Nirwan kembali lagi ke Jakarta. Atas pertolongan Hasil, Nirwan akhirnya masuk ke sebuah penerbitan sebagai redaktur. Namun, Nirwan tidak ingin dibimbing oleh Hasil lagi. Dengan diam-diam Nirwan mengirimkan tulisannya ke berbagai surat kabar tanpa sepengetahuan Hasil.
Agresi Belanda melanda pada tahun 1947, kantor-kantor berhenti bekerja. Nirwan juga tak memiliki uang lagi dan ia bermaksud meminjam pada Hasil. Namun, Hasil tidak mau meminjamkannya. Akhirnya Nirwan memutuskan untuk bekerja pada Belanda dan mendapatkannya di maskapai kapal Belanda. Sejak itu, hubungan mereka putus.
Novel ini menggunakan alur maju, yang bermula dari perkenalan para tokohnya.Kemudian timbul konflik,diakibatkan Nirwan yang menganggap dirinya dapat berdiri sendiri dan dengan kesombongannya ia membuktikan pada Hasil yang selama ini ia telah membimbingnya. Kemudian konflik memuncak saat Nirwan yang tidak berhasil membuktikan, ia lalu minta bantuan pada Hasil dan ditolongnya. Namun, Nirwan yang masih menganggap bahwa mereka memiliki perbedaan prinsip lalu ia pun menyombongkan diri kembali bahwa ia percaya kalau ia sudah tidak membutuhkan Hasil. Namun, ia jatuh kembali dan pada akhirnya Hasil menyadari sikap Nirwan padanya dan ia tidak ingin tahu tentang keadaan Nirwan.
0 comments:
Post a Comment